Hakikat Gerhana Matahari Tertutupi Gerhana Mata Hati


Dalam Al-Quran, istilah atau kata Matahari ( الشَمْس ) disebut dalam 43 Ayat yang tersebar dalam 34 Surat (Lihat Surat dan Ayat Al-Quran Tentang Matahari). Dengan kata lain, 30% Surat di dalam Al-Quran menyebut istilah atau kata Matahari ( الشَمْس ). Pemahaman ilmiah yang akurat mengenai Matahari terus berkembang dari waktu ke waktu. Pengetahuan tentang komposisi fisik dan sumber energi matahari mulai sedikit diketahui pada abad ke-19 melalui temuan beberapa ilmuwan ternama, meskipun dampak luar biasa matahari terhadap kehidupan di bumi sudah diamati sejak zaman prasejarah.

Matahari adalah pusat Tata Surya, berbentuk bulat, terdiri dari plasma panas bercampur medan magnet. Matahari berdiameter sekitar 1.392.684 km atau sekitar 109 kali diameter Bumi, dengan bobot massa sekitar 2×1030 kilogram, atau 330.000 kali massa Bumi, dan ini mewakili kurang lebih 99,86% massa total Tata Surya. Kalau ada orang bertanya kepada saya, “apakah ukuran-ukuran itu benar atau tidak”, biasanya saya jawab, “kalau tidak percaya silahkan ukur sendiri saja ya”. Hehe...

Memang, kalau pikiran kita terpusat pada meteran yang sering dipakai oleh tukang bangunan, agak sulit rasanya membayangkan bagaimana mengukur diameter matahari. Boro-boro mengukur diameter matahari, berdiri beberapa saat saja di bawah sengatan teriknya, beberapa di antara kita sudah sering jatuh pingsan, dehidrasi lagi, apalagi mau mendekatinya untuk mengukur dimensi matahari. Sama sulitnya mengukur bobot atau massa matahari jika yang terlintas di benak kita adalah alat timbangan yang biasa dipakai tukang buah di pasar. Hehe... sekedar bercanda saja...

Intinya, dengan ilmu, Allah memudahkan urusan kita, tak terkecuali urusan hitung menghitung dimensi-dimensi planet dalam tata surya. Dengan ilmu, kita bisa menginformasikan lebih awal kejadian gerhana matahari (juga gerhana bulan) jauh sebelum peristiwa itu terjadi, lengkap dengan tanggal, hari, jam, menit dan detik yang akurat, persis seperti yang kemarin kita saksikan (Rabu, 9 Maret 2016).

 الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ بِحُسْبَانٍ 

Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan. (QS. Ar-Rahman: 5)

Perhatikanlah bahwa fenomena gerhana (matahari maupun bulan), disamping menunjukan tanda-tanda kekuasaan Allah, sekaligus juga menunjukan kebenaran Al-Quran, bahwa matahari dan bulan benar-benar beredar menurut perhitungan sebagaimana tercantum dalam Surat Ar-Rahman di atas. Jika matahari dan bulan beredar tanpa perhitungan, maka tidak akan pernah ada ilmuwan yang bisa memprediksi kejadiannya secara akurat, sampai ke ukuran-ukuran detiknya. Di samping itu, jika matahari dan bulan beredar tanpa perhitungan, sudah lama alam ini akan hancur.

Bisa dibayangkan, jika benda yang berbobot 330.000 kali bobot bumi itu beredar tanpa perhitungan, lalu katakanlah secara acak berpindah-pindah jalur orbit misalnya, kira-kira apa yang masih bisa tersisa di alam ini jika kemudian benda yang berdiameter 109 kali diameter bumi itu berbenturan keras dengan planet yang sedang kita huni ini karena nyasar di jalur orbit yang sama dengan bumi dan bergerak dengan arah yang berlawanan? Dalam konteks di atas, sekedar merenungi saja fakta kebenaran yang disampaikan Allah dalam Al-Quran bahwa matahari dan bulan beredar menurut perhitungan, sensasi zikir Allahu Akbar (الله أكبر ) benar-benar terasa lebih menyentuh hati.

Struktur kimiawi matahari telah diketahui dominan Hidrogen yang meliputi kurang lebih tiga perempat massanya. Sisanya adalah Helium dan beberapa elemen-elemen lain seperti Oksigen, Karbon, Neon, Besi, dan lain-lain. Energi matahari terbentuk dari proses fusi termonuklir yang berawal di titik pusat matahari, alias inti. Proses fusi termonuklir yang terjadi di matahari adalah fusi nuklir dari nukleus Hidrogen ke dalam Helium dengan kecepatan fusi sebesar 620 juta ton metrik Hidrogen setiap detik. Suhu tertinggi matahari ada di inti, sementara suhu terendah ada di permukaan matahari yang sering disebut fotosfer. Sekedar tahu saja, suhu terendah matahari di lapisan fotosfer adalah sebesar 5.505 derajad Celcius, atau sekitar 55 kali lipat panasnya air mendidih di bumi. Itu suhu terendah lho ya.

Yang ingin saya garis bawahi kemudian adalah, jika di awal saya katakan bahwa matahari (dan bulan) beredar menurut perhitungan, sebagaimana informasi yang tidak mungkin salah dari Al-Quran, maka perhatikan pula bahwa eksistensi matahari itu pada akhirnya akan diakhiri pula dengan perhitungan-Nya, atau dengan ilmu-Nya. Perhatikan Ayat berikut ini:

Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang sebagaimana yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan makhluk-Nya, menjelaskan tanda-tanda kebesaran-Nya, supaya kamu meyakini pertemuan dengan-Nya. (QS. Ar-Ra’d: 2)

Ya, matahari dan bulan beredar hingga waktu yang ditentukan, setelah itu akan rontok semua dengan perhitungan-Nya:

Apabila matahari digulung. Dan apabila bintang-bintang berjatuhan... Dan apabila lautan dipanaskan. (QS. At-Takwir: 1, 2, 6)

Di surat yang lain, gambaran serupa juga disampaikan: Apabila langit terbelah. Dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan. Dan apabila lautan dijadikan meluap. (QS. Al-Infitar: 1-3)

Sayyid Quthb dalam tafsirnya Fii Zhilalil Quran menggambarkan ayat-ayat di atas sebagai sebuah pemandangan terjungkirbalikkannya semua tatanan maujud secara total. Pemandangan tersebut dilukiskan di ayat yang lain dengan redaksi: bumi memuntahkan semua isinya. Sayyid Quthb menggambarkannya dengan kalimat: bumi memuntahkan lahar panas dan magma yang dikandungnya.

Dalam fenomena gerhana matahari maupun gerhana bulan, Allah hanya sekedar menampilkan kekuasaan-Nya dalam memposisikan matahari, bulan dan bumi pada satu garis lurus, tetapi benda-benda langit itu masih tetap di jalur orbitnya masing-masing. Ada saatnya, Allah menunjukan kekuasaannya yang lebih dari itu, yakni mengumpulkan atau mempertemukan benda-benda langit tersebut. Dan itu tidak lain adalah episode prahara akhir zaman yang sangat menggemparkan.

 وَجُمِعَ الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ 

Matahari dan bulan dikumpulkan (QS. Al-Qiyamah: 9)

Oleh karena itu, fenomena gerhana (matahari maupun bulan), sejatinya menunjukan satu hakikat, bahwa energi dan kekuatan besar pada pusat tata surya serta benda-benda langit lainnya benar-benar tunduk sepenuhnya pada Kekuatan Maha Besar yang menciptakannya dan pada akhirnya yang akan menghancurkannya sehingga sebelum semua kemusnahan itu terjadi, semua makhluk dari golongan jin dan manusia seharusnya sudah mampu bersaksi akan ke-Esa-an dan keabadian-Nya. Bahwa semua ciptaan akan hancur porak-poranda, semua ciptaan akan musnah, dan semua urusan akan kembali hanya kepada-Nya saja. Hakikat ini yang menjadi landasan paling kuat, mengapa saat gerhana terjadi, yang paling dianjurkan adalah menegakkan shalat, bukan menyelenggarakan kegiatan remeh temeh tak berarti. Jika hikmah seperti ini tidak terbaca, itu artinya hakikat gerhana matahari masih tertutupi oleh “Gerhana Mata Hati”.

Last but not least, dengan fakta bahwa pada akhirnya semua akan kembali kepada-Nya, maka rindukah kita dengan panggilan seperti di bawah ini?

 يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ . ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً . فَادْخُلِي فِي عِبَادِي . وَادْخُلِي جَنَّتِي


Wahai jiwa-jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai; lalu masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku (QS. Al-Fajr: 27-30) #IslamMyChoice (Jangan lewatkan pula artikel unik ini: Mengobati Tunanetra Mata Hati. Baca juga artikel saya yang satu ini: Dimensi Kesementaraan Dunia)

Post a Comment for "Hakikat Gerhana Matahari Tertutupi Gerhana Mata Hati"