Pagi tadi, Kamis 16 Agustus 2018, saya mencoba menikmati perjalanan ke Masjidil Haram dengan berjalan kaki dari Hotel tempat kami menginap, yakni di Tharawat Zamzam Hotel yang berada di kawasan Misfalah. Sengaja saya tidak mengajak istri ikut berjalan kaki karena ini adalah jalan kaki perdana yang belum bisa saya gambarkan dinamikanya sebelum saya buktikan sendiri. Maksud saya, andaikan pilihan berjalan kaki saat ini harus melewati sebuah rintangan tertentu misalnya, cukup saya saja yang merasakannya. Selama ini, perjalanan pulang pergi kami dari Hotel ke Masjidil Haram selalu memanfaatkan layanan Bus Shalawat yang disediakan pemerintah kita 24 jam, kerjasama dengan pihak Naqobah dan Muassasah Arab Saudi. Gratis !!!
Tharawat Zamzam Hotel, Misfalah, Makkah |
Satu hal yang ingin saya ketahui dari perjalanan kaki kali ini adalah, berapa lama waktu yang dibutuhkan dari Hotel tempat kami menginap ke Masjidil Haram? Jam 06:35 WAS (Waktu Arab Saudi), kaki kiri saya mulai melangkah keluar dari pintu hotel. Setelah menempuh perjalanan kaki yang sangat membahagiakan, kaki kanan saya pertama kali menyentuh pelataran Masjidil Haram tepat pukul 07:00 WAS. Subhanallah, Alhamdulillah, ternyata hanya butuh waktu 25 menit dengan berjalan santai. Jika saja saya tidak melirik jam saat itu, perasaan saya perjalanan tersebut hanya memakan waktu 15 menit.
Deretan Pintu Perempuan (Ladies Gate) Masjidil Haram dari arah Misfalah |
Ruas Jln. Ibrahim Al-Khalil, Misfalah, Makkah |
Kedua, di ujung poros Misfalah-Masjidil Haram, berhadapan langsung dengan deretan Pintu Perempuan (Ladies Gate) yang sudah pasti ini akan menjadi kemudahan tersendiri bagi istri saya dan ibu-ibu lainnya ketika ingin masuk Masjidil Haram dari pintu yang secara spesial disediakan untuk kaum hawa. Beberapa meter di sebelah kanan Ladies Gate, terdapat King Abdul Aziz Gate yang merupakan salah satu akses masuk maupun keluar dari dan ke Masjidil Haram, baik bagi jemaah laki-laki maupun perempuan.
Kepada jemaah haji Indonesia yang di tempatkan di kawasan Misfalah, bersyukurlah atas segala kenikmatan tersebut, dan saya pun sangat yakin, jemaah haji Indonesia yang ditempatkan di kawasan selain Misfalah, misalnya di Syisyah, Aziziah, Mahbaz Jin, Jarwal, Rey Bahsy akan memiliki aneka cerita yang bertaburan kenikmatan untuk disyukuri.
Akhirnya, dengan 3 kali pengalaman masuk dalam pusaran operasional haji, baik sebagai petugas maupun jemaah, saya harus katakan bahwa dari tahun ke tahun, layanan haji tampak dan sekaligus terasa mengalami eskalasi peningkatan yang sangat menggembirakan. Maka, nikmat Allah yang mana lagi yang akan kita dustakan? Wallahua'lam.
Post a Comment for "Ladies Gate dan Indahnya Poros Misfalah-Masjidil Haram"
Pembaca yang budiman, silahkan dimanfaatkan kolom komentar di bawah ini sebagai sarana berbagi atau saling mengingatkan, terutama jika dalam artikel yang saya tulis terdapat hal-hal yang perlu diklarifikasi lebih lanjut. Terima kasih.