Di Balik Rudal dan Mazhab: Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Keberanian Iran?

Di Balik Rudal dan Mazhab: Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Keberanian Iran?

Di tengah ketegangan regional yang memuncak, dunia menyaksikan satu fakta yang tak terbantahkan: Iran membalas serangan militer Israel secara terbuka. Rudal-rudal meluncur, drone menyeberangi langit, dan satu pesan menggema ke seluruh penjuru dunia:

“Kami tidak akan diam. Kami siap meluluhlantakkan musuh”

Dalam dunia Islam yang terlalu sering hanya mengutuk lewat forum-forum internasional atau sekadar orasi di lapangan terbuka, seruan di atas seperti tamparan bagi kebisuan. Iran, negara dengan penduduk mayoritas Syiah, namun minoritas dalam statistik umat Islam dunia, tetapi justru menempati garis depan perlawanan terhadap Israel.

Dalam lanskap umat Islam global, Syiah hanyalah sekitar 10–15% dari populasi muslim dunia. Namun justru dari kelompok minoritas inilah, kita melihat perlawanan paling konsisten terhadap penjajahan Zionis: dukungan terhadap Palestina, bantuan bagi kelompok pejuang seperti Hamas dan Jihad Islam, serta kehadiran nyata Hizbullah di garis konfrontasi.

Padahal, Hamas dan Jihad Islam adalah kelompok Sunni. Tapi Iran tidak peduli pada perbedaan mazhab, karena penindasan tidak pernah mengenal mazhab, dan pembebasan pun seharusnya tidak dibatasi oleh mazhab.

Berbeda dengan proporsi Syiah, mayoritas negara Muslim adalah Sunni. Tapi sayangnya, sebagian di antaranya mulai menjalin normalisasi diplomatik dengan Israel, bahkan di saat rakyat Gaza digempur, dan Masjid Al-Aqsha diinjak-injak.

Ada yang berdalih "realpolitik", ada yang menyebut "stabilitas kawasan". Namun tak bisa disangkal, suara dunia Sunni masih terlalu lemah dan terfragmentasi. Solidaritas untuk Palestina lebih banyak bersifat simbolik — tanpa struktur, tanpa aliansi, tanpa ancaman nyata kepada penjajah.

Palestina: Nama yang Terus Memanggil Nurani Umat

Di balik dinamika mazhab, geopolitik, dan sekat-sekat buatan manusia, Palestina tetap berdiri sebagai titik temu nurani umat Islam. Ia bukan hanya isu Arab, bukan sekadar isu Syiah atau Sunni. Ia adalah ujian akhlak dan keberpihakan kita terhadap yang tertindas.

Apakah kita rela membiarkan perjuangan Palestina hanya dipikul oleh sebagian kecil dari umat, sementara yang lainnya berdebat tentang qunut dan posisi tangan dalam shalat?

Momentum yang Tak Boleh Hilang

Keberanian Iran telah menciptakan celah sejarah yang langka: dunia kembali memandang ke Timur Tengah, dan umat Islam kembali menatap ke langit dengan satu harapan — bahwa dengan izin Allah, kemerdekaan Palestina dapat terwujud dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi .

Karena itu, inilah saatnya untuk:

  • Menyatukan kekuatan Sunni dan Syiah untuk Palestina.
  • Membentuk poros Islam independen yang berani bersuara dan bertindak.
  • Mengakhiri narasi sektarian dan menghidupkan kembali semangat satu umat.

Sebab Palestina tidak akan pernah merdeka jika umat Islam tetap terbelah oleh sekat mazhab dan perdebatan internal.

Seruan untuk Kesadaran Kolektif

Perjuangan melawan Israel bukan hanya soal kekuatan militer. Ia adalah perjuangan ideologi, persatuan, dan martabat. Kita membutuhkan 3 (tiga) pilar kekuatan:

  • Sunni yang berhenti memusuhi Syiah hanya karena perbedaan sejarah
  • Syiah yang membuka diri kepada persatuan strategis bersama Sunni, dan
  • Seluruh umat Islam yang mulai sadar, bahwa musuh kita nyata, dan ia tidak peduli kita bermazhab apa

Dari Gaza untuk Kita Semua

“Jika yang minoritas saja berani melawan, mengapa yang mayoritas justru diam?” – Refleksi dari tanah suci, dari reruntuhan Gaza, dari air mata anak-anak yang menjadi yatim.

Kini bukan waktunya memilih mazhab, tapi memilih sikap.
Bukan waktunya meributkan perbedaan, tapi menyusun kekuatan.
Karena Palestina tidak akan bebas dengan wacana, melainkan dengan keberanian kolektif yang menembus batas mazhab dan negara.

📌 Artikel ini adalah ajakan, bukan pembelaan mazhab. Ia adalah seruan dari nurani Islam yang ingin melihat kebebasan, keadilan, dan kemuliaan, kembali berdiri di Baitul Maqdis. Baarokallahu fiikum.

Post a Comment for "Di Balik Rudal dan Mazhab: Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Keberanian Iran?"