
Di antara batu tua Masjid Ibrahim dan doa yang terangkat ke langit, terjalin benang merah sejarah dari Hebron ke Makkah. Di bulan Dzulhijjah ini, kita diajak bukan hanya mengenang Ibrahim sebagai nabi, tapi juga meneladani keberaniannya dalam menegakkan kebenaran dan mengorbankan yang dicintai demi Allah.
Setiap kali bulan Dzulhijjah datang, perhatian umat Islam dunia tertuju ke Makkah dan Madinah. Jutaan umat menunaikan rukun Islam kelima, menapak jejak Nabi Ibrahim ‘alaihissalam yang telah mengukir sejarah ketaatan dan pengorbanan. Tapi ada satu kota yang sering luput dari kesadaran kolektif kita, padahal ia menyimpan bab penting dalam perjalanan iman: Hebron—kota tempat bersemayamnya jasad Nabi Ibrahim.
Hebron dan Masjid Ibrahim: Jantung Spiritualitas Palestina
Hebron, atau dalam bahasa Arab disebut Al-Khalil, bermakna sahabat setia. Julukan ini mengacu pada Nabi Ibrahim, yang dalam Al-Qur'an disebut sebagai Khalilullah—kekasih Allah.
Di kota inilah berdiri Masjid Ibrahim, yang dipercaya menaungi makam Nabi Ibrahim, Sarah, Ishaq, dan Yakub ‘alaihimussalam. Masjid ini bukan hanya tempat suci, tapi juga simbol kuat warisan tiga agama samawi.
Masjid ini adalah salah satu bangunan Islam tertua di Palestina, didirikan pada masa Khalifah Umar bin Khattab dan dipugar oleh Dinasti Umayyah dan Mamluk. Namun, sejak 1967, bangunan ini berada di bawah kontrol militer Israel. Sejak tragedi berdarah 1994, ketika 29 jamaah Palestina ditembak mati oleh ekstremis Yahudi Baruch Goldstein di dalam masjid saat shalat Subuh, tempat suci ini dibagi secara sepihak: sebagian menjadi sinagog Yahudi.
Maka Hebron bukan sekadar tempat—ia adalah medan perjuangan spiritual dan eksistensial bagi rakyat Palestina, dan umat Islam seluruh dunia.
Hubungan Mendalam antara Hebron dan Haji
Kita tahu bahwa ibadah haji menelusuri jejak Nabi Ibrahim:
- Membangun Ka'bah di Makkah
- Meninggalkan Hajar dan Ismail di padang tandus
- Menyembelih "anaknya" sebagai bentuk ketaatan
- Menyuarakan panggilan haji ke seluruh penjuru dunia
Namun, Ibrahim bukan hanya hidup di Makkah. Sebagian besar hidupnya ia habiskan di sekitar Syam dan Palestina, termasuk di Hebron. Bahkan, di sinilah beliau wafat.
Artinya, Hebron adalah awal dan Makkah adalah puncak dari perjalanan spiritual Ibrahim. Haji menjadi lebih bermakna ketika kita menyadari bahwa perjuangan Nabi Ibrahim dimulai dari tanah para nabi di Palestina.
Saatnya Memperluas Pandangan: Palestina Adalah Bagian dari Hati Kita
Mengapa penting mengingat Hebron saat musim haji?
Karena terlalu sering, kita menjadikan haji sebagai ritual fisik semata, dan melupakan dimensi kesadaran sejarah, solidaritas umat, dan keberpihakan kepada kebenaran. Haji seharusnya mengasah kepekaan. Ketika kita mengingat perjuangan Ibrahim di Hebron, kita tidak hanya menapak jejak nabi, tetapi juga menghidupkan nurani.
Kita sedang menyatukan sejarah, spiritualitas, dan solidaritas.
Di tengah penderitaan rakyat Palestina—baik di Gaza, Tepi Barat, maupun Hebron—bulan Dzulhijjah seharusnya menjadi waktu paling tepat untuk menegaskan keberpihakan kita. Kita tidak bisa beribadah dan berdoa sambil menutup mata atas penderitaan saudara-saudara kita di negeri para nabi.
Renungan: Ibrahim adalah Bapak Tauhid dan Simbol Keberanian
Mari renungkan sejenak:
- Ibrahim dihina dan diusir dari kampung halamannya karena keyakinannya.
- Ibrahim rela mengorbankan putra tercinta demi perintah Allah.
- Ibrahim membangun peradaban tauhid di tengah masyarakat yang menyembah berhala.
Dan kini, masjid yang menaungi makamnya pun disekap oleh tangan penjajah.
Jika kita benar-benar mencintai Nabi Ibrahim, maka kita pun harus berani bersikap seperti beliau: memihak kebenaran, menolak kezaliman, dan tidak tunduk pada kesewenang-wenangan—sekalipun dilakukan oleh kekuatan besar.
Penutup: Dari Hebron ke Hati Kita
Bulan Dzulhijjah bukan hanya tentang Makkah. Ia juga tentang Hebron. Tentang warisan kenabian yang tak boleh kita lupakan. Tentang nyala obor tauhid yang seharusnya kita jaga bersama.
Mari kita hidupkan Dzulhijjah ini dengan:
- Mengenang perjuangan Nabi Ibrahim secara utuh—dari Hebron ke Makkah.
- Mendoakan dan mendukung rakyat Palestina dengan harta, suara, dan sikap.
- Menjadikan ibadah kita bukan hanya untuk pribadi, tapi juga untuk ummat.
Karena siapa pun yang meneladani Ibrahim, seharusnya tidak tinggal diam melihat rumah beliau dijajah dan umat beliau ditindas.
Semoga tulisan ini menyentuh hati kita yang beriman, dan membangunkan kesadaran kita sebagai umat Nabi Ibrahim yang sejati.
Post a Comment for "Mengapa Kota Hebron dan Masjid Ibrahim Penting untuk Diingat di Bulan Haji?"
Pembaca yang budiman, silahkan dimanfaatkan kolom komentar di bawah ini sebagai sarana berbagi atau saling mengingatkan, terutama jika dalam artikel yang saya tulis terdapat hal-hal yang perlu diklarifikasi lebih lanjut. Terima kasih.