Membaca Arah Titik Klimaks Kesadaran Ahok Pasca Hukuman Penjara

Setelah mendekam di penjara selama lebih kurang 2 tahun, Ahok dikabarkan mengalami perubahan yang signifikan ke arah yang lebih positif. Konon, tutur katanya terdengar lebih santun dan bahkan cenderung memiliki nuansa kearifan. Sambil mengenang sejumput masa lalunya sebagai mantan orang nomor satu di DKI Jakarta kala itu, dia berandai-andai dengan kesadarannya saat ini, bahwa jika dia disuruh memilih, menang Pilkada DKI atau masuk penjara, Ahok memilih masuk penjara. Sikap ini diperjelas lagi dengan ungkapannya yang sangat menyentuh: "Jika saya terpilih lagi di Pilkada, saya hanyalah laki-laki yang menguasai Balai Kota saja. Di sini saya belajar menguasai diri saya seumur hidup. Jika ditanya dan waktu bisa diputar kembali mau pilih yang mana, saya akan katakan memilih ditahan," demikian tulis Ahok dalam salah satu surat yang diunggah di akun Instagramnya, Kamis (17/1).

Ahok khawatir dirinya akan semakin arogan dan kasar bila terpilih di Pilkada DKI 2017 lalu. Ucapannya bisa saja menyakiti hati orang lebih banyak lagi. Karena itu, di titik klimaks kesadarannya saat ini, Ahok memohon kepada seluruh pendukungnya, PNS DKI, dan bahkan kepada seluruh pembencinya agar sudi memaafkan bila tutur kata dan perbuatannya selama ini menyakiti hati. Tak sampai di sini, mendengar ada sejumlah pendukungnya yang akan menyambut hari kebebasannya, bahkan dikabarkan ada yang berniat menginap di depan Mako Brimob, 24 Januari 2019, Ahok mengingatkan, 24 Januari 2019 itu adalah hari Kamis, hari kerja. “Jalan di depan Mako Brimob dan depan Lapas Cipinang adalah satu-satunya jalan utama bagi saudara-saudara kita yang mau mencari nafkah. Saya sarankan demi untuk kebaikan dan ketertiban umum bersama, dan untuk menolong saya, sebaiknya saudara-saudara tidak melakukan penyambutan, apalagi menginap”, tulis Ahok dalam surat tertanggal 17 Januari 2019 yang diunggah di akun Facebooknya, Kamis (17/1).
Foto Kenangan. Lautan massa ummat Islam yang menuntut Ahok agar dipenjara atas perbuatannya menistakan Al-Quran. Sumber Foto: Liputan6.com/Hemi Fithriansyah.
Dalam bacaan saya, hal substansial paling mutakhir yang sangat menarik dari diri Ahok saat ini adalah, ia sangat berterima kasih menjalani kehidupan di Penjara, terutama karena telah membawanya pada titik klimaks kesadarannya saat ini. Dengan kesadaran itu, maka sejatinya Ahok lebih layak berterima kasih kepada ummat Islam yang kala itu gigih memperjuangkan agar Ahok mendapatkan hukuman Penjara atas penistaan Agama yang ia lakukan waktu itu. Dan setelah seluruhnya terbukti, hingga kemudian Ahok menyampaikan testimoni pencapaian titik klimaks kesadarannya saat ini, maka terbuka sudah semua tirai penutup makna mendasar selama ini yang pada awalnya mungkin belum “terlihat” oleh Ahok dan seluruh pendukungnya, bahwa kegigihan ummat Islam untuk memenjarakan Ahok atas perbuatan fatal yang dilakukannya kala itu, sebenarnya adalah bukti kasih sayang yang paling hakiki dari ummat Islam demi melihat Ahok yang lebih baik di kemudian hari, dan bahkan di Hari Kemudian atau Hari Pembalasan. Larut dalam psikologi ummat saat itu, saya pun tak kuasa menunda untuk mengungkapkan isi hati saya kala itu dalam sebuah artikel berjudul: Anomali Ahok dan Polaritas Publik.

Dengan bacaan seperti di atas, maka sembari menutup tulisan singkat ini, saya menduga cukup kuat bahwa tampaknya Ahok sedang menapaki perjalanan hidup untuk bersyahadat. Tinggal menunggu momentumnya saja, kapan kesaksian hidup mendasar itu akan terjadi. Jika ini benar dan terwujud, maka itulah satu-satunya titik klimaks kesadaran yang tidak saja paling tinggi, tetapi sekaligus juga paling berharga dalam hidup ini. Jika momentum itu tak kunjung terjadi misalnya, tak jadi soal, minimal Ahok sudah menyadari kesalahan fatalnya, yang dengan kesadaran itu, berharap kiranya Ahok sekaligus juga menyadari bentuk-bentuk kasih sayang Ummat Islam atas dirinya, yang meskipun terasa pahit pada awalnya, namun akhirnya itulah ternyata obat yang paling ampuh membawa Ahok pada titik klimaks kesadarannya saat ini.  Ahok, selamat ya. Hayya ...

Post a Comment for "Membaca Arah Titik Klimaks Kesadaran Ahok Pasca Hukuman Penjara"