Adab di Atas Ilmu, Ini Substansi Dasarnya

Syeikh Abdul Qodir Al-Jaelani mengatakan, "Aku lebih menghargai orang yang beradab dibanding orang yang berilmu. Jika berilmu saja, iblispun memiliki ilmu yang lebih tinggi daripada manusia"

Ungkapan di atas sejatinya menegaskan keutamaan kedudukan adab di atas ilmu. Atas keutamaan adab atau akhlak ini, Baginda Rasulullah SAW menegaskan pula dalam salah satu Hadits berikut:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاقِ


Innama bu-itsu li-utammima makaarimal akhlak.

"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang terpuji" (HR Al-Baihaqi dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu)

Keutamaan kedudukan adab di atas ilmu tidak menegasikan (atau tidak menafikan) peran penting ilmu dalam kehidupan. Kedudukan vital ilmu dalam kehidupan sudah tidak diragukan lagi, namun tentu dengan catatan penting bahwa semua implementasi atau aplikasi ilmu dalam kehidupan haruslah dalam bingkai koridor penegakan adab atau akhlak.

Tentu kita sangat ingat redaksi Al-Quran ketika menegaskan bahwa Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu. Redaksi yang sangat indah tentu saja, karena iman dan ilmu diikat dalam satu paket penyebutan agar keduanya tidak terpisah atau dipisahkan, dengan mendahulukan penyebutan iman.

 يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ ۙ وَا لَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍ ۗ 


"Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. (QS. Al-Mujadilah 58: Ayat 11)

Dalam konteks membangun adab atau akhlak, iman adalah akar paling kuat untuk itu. Tanpa iman, semua sandaran adab atau akhlak akan menjadi rapuh sebelum akhirnya runtuh dan meruntuhkan semua hal dalam kehidupan ini. Wallahua'lam.

Post a Comment for "Adab di Atas Ilmu, Ini Substansi Dasarnya"