Basic Idea
Pemuda miskin yang
menyempurnakan separuh agamanya dengna cara tak terduga
Premis
Faqih Zaynul Fikri
adalah seorang pemuda miskin yang menuntut ilmu di Ibu Kota. Ia tak punya cukup
uang untuk menyewa tempat tinggal. Atas tawaran seorang marbot, ia tinggal di
sebuah masjid.
Selulus kuliah, ia
bermaksud menunaikan wasiat ibunya untuk menikah, dengan melamar seorang teman
satu universitasnya yang juga mengajar mengaji di masjid tempat ia tinggal.
Namun, ia sudah didahului oleh temannya, Adib.
Ternyata, Adib
melanggar syarat pernikahan dari Kaysa. Sehingga pernikahan dibatalkan. Dan
atas rekomendasi dari Marbot, Faqih menggantikan posisi Adib sebagai mempelai
laki-laki. Ia menikahi Kaysa dengan mahar hafalan al Qur’annya.
Basic Character
NAMA TOKOH
|
PENGGAMBARAN TOKOH
|
Faqih Zaynul Fikri (main character)
|
Santun, tenang, tawakkal, miskin
|
Adib Syarifusysyabab
|
Cerdas, populer, agak sombong
|
Kaysa Muzayyana
|
Manis, sopan, pintar
|
Anak-anak TPA
|
Ceria, lucu
|
Marbot
|
Baik hati, sabar
|
Penghulu
|
Tampang tegas tapi ‘koplak’
|
Ayah Kaisa
|
Tegas, berwibawa
|
Ibu kaisa
|
Lembut, peka
|
Devil
|
Menyeru pada keburukan
|
Angel
|
Menyeru pada kebaikan
|
Unsur fiqih
dalam drama ini antara lain:
- Birrul Walidain
- Ghaddul Bashar
- Poligami (dibahas dalam diskusi tokoh)
- Tidak meminang perempuan yang sudah dipinang orang.
- Hukum memajang foto (diskusi konten dalam buku Fatwa-Fatwa Kontemporer)
- Kebolehan menikahi perempuan dengan mahar hafalan Al Qur’an.
Naskah
Drama
Adegan 1
Suatu malam...
(Faqih duduk di
emperan masjid)
Faqih: (memegang
kepala, frustasi) Ya Allah, sulit sekali mendapatkah tempat tinggal yang murah
di ibukota ini. (mengambil dompet, membukanya, menghitung) Dengan uang pas-pasan seperti ini, aku nggak
akan dapat tempat tinggal.
(Marbot datang, menyapu.)
Marbot: (melihat
ke arah Faqih, berhenti menyapu) Assalamu’alaikum (duduk di samping Faqih)
Faqih: (menyalami
Marbot) Wa’alaikum salam, Pak.
Marbot: Siapa
namamu, Nak? Sepertinya kamu datang dari jauh?
Faqih: Nama
saya Faqih, Pak. Saya datang dari Jogjakarta.
Marbot: Jauh
sekali. Ada perlu apa ke sini?
Faqih: Kuliah,
Pak. Di UIN.
Marbot: Oh,
begitu. Lalu apakah sedang masalah? Sejak beberapa hari yang lalu bapak
melihatmu terus di masjid ini. Dan sepertinya agak kebingungan. Ada yang bisa
saya bantu?
Faqih: Alhamdulillah
saya baik-baik saja, kok, Pak (tersenyum)
Marbot: Bapak
tahu, bapak ini orang asing. Tapi, bapak ini saudaramu seislam. Sudah
semestinya bapak membantumu. Katakan
saja apa masalahmu. Bapak coba carikan solusi.
Faqih: (berpikir
sejenak) mmm.. Sebetulnya, saya sedang bingung mencari tempat tinggal. Saya
datang untuk berkuliah ini, murni karena saya mendapat beasiswa. Sedangkan
untuk kehidupan sehari-hari, agaknya bekal yang saya punya tidak mencukupi.
Biaya sewa kamar kos di sekitar sini jauhdari jangkauan saya.
Marbot:Oalah,
nak. Kalau begitu, tinggallah di masjid ini. Hitung-hitung sekalian mengabdi di
rumah Allah, seperti yang kulakukan selama ini.
Faqih: Mmm..
(ragu-ragu) baiklah, Pak.
Marbot:(tersenyum,
menepuk-nepuk pundak Faqih). Baiklah, apakah itu saja yang menjadi masalahmu?
Faqih: Mmm,
saya ingin bertanya, Pak. Bagaimana hukumnya seorang anak yang meninggalkan
ibunya yang sedang sakit sendirian? Apakah tetap disebut durhaka meskipun itu
atas permintaan sang Ibu sendiri?
(Baca kelanjutan ceritanya: Menyempurnakan Separuh Agama dengan Cara Tak Terduga - Segmen Dua)
(Baca kelanjutan ceritanya: Menyempurnakan Separuh Agama dengan Cara Tak Terduga - Segmen Dua)
Post a Comment for "Menyempurnakan Separuh Agama dengan Cara Tak Terduga (Segmen Satu)"
Pembaca yang budiman, silahkan dimanfaatkan kolom komentar di bawah ini sebagai sarana berbagi atau saling mengingatkan, terutama jika dalam artikel yang saya tulis terdapat hal-hal yang perlu diklarifikasi lebih lanjut. Terima kasih.