Menyempurnakan Separuh Agama dengan Cara Tak Terduga (Segmen Satu)



Basic Idea
Pemuda miskin yang menyempurnakan separuh agamanya dengna cara tak terduga

Premis
Faqih Zaynul Fikri adalah seorang pemuda miskin yang menuntut ilmu di Ibu Kota. Ia tak punya cukup uang untuk menyewa tempat tinggal. Atas tawaran seorang marbot, ia tinggal di sebuah masjid.

Selulus kuliah, ia bermaksud menunaikan wasiat ibunya untuk menikah, dengan melamar seorang teman satu universitasnya yang juga mengajar mengaji di masjid tempat ia tinggal. Namun, ia sudah didahului oleh temannya, Adib.

Ternyata, Adib melanggar syarat pernikahan dari Kaysa. Sehingga pernikahan dibatalkan. Dan atas rekomendasi dari Marbot, Faqih menggantikan posisi Adib sebagai mempelai laki-laki. Ia menikahi Kaysa dengan mahar hafalan al Qur’annya. 
 
Basic Character
NAMA TOKOH
PENGGAMBARAN TOKOH
Faqih Zaynul Fikri (main character)
Santun, tenang, tawakkal, miskin
Adib Syarifusysyabab
Cerdas, populer, agak sombong
Kaysa Muzayyana
Manis, sopan, pintar
Anak-anak TPA
Ceria, lucu
Marbot
Baik hati, sabar
Penghulu
Tampang tegas tapi ‘koplak’
Ayah Kaisa
Tegas, berwibawa
Ibu kaisa
Lembut, peka
Devil
Menyeru pada keburukan
Angel
Menyeru pada kebaikan

Unsur fiqih dalam drama ini  antara lain:
  1. Birrul Walidain
  2. Ghaddul Bashar
  3. Poligami (dibahas dalam diskusi tokoh)
  4. Tidak meminang perempuan yang sudah dipinang orang.
  5. Hukum memajang foto (diskusi konten dalam buku Fatwa-Fatwa Kontemporer)
  6. Kebolehan menikahi perempuan dengan mahar hafalan Al Qur’an.
  Keterangan : Bold (narasi)

Naskah Drama
Adegan 1
Suatu malam...
(Faqih duduk di emperan masjid)

Faqih:    (memegang kepala, frustasi) Ya Allah, sulit sekali mendapatkah tempat tinggal yang murah di ibukota ini. (mengambil dompet, membukanya, menghitung)  Dengan uang pas-pasan seperti ini, aku nggak akan dapat tempat tinggal.
(Marbot datang, menyapu.)
Marbot: (melihat ke arah Faqih, berhenti menyapu) Assalamu’alaikum (duduk di samping Faqih)
Faqih:    (menyalami Marbot) Wa’alaikum salam, Pak.
Marbot: Siapa namamu, Nak? Sepertinya kamu datang dari jauh?
Faqih:    Nama saya Faqih, Pak. Saya datang dari Jogjakarta.
Marbot: Jauh sekali. Ada perlu apa ke sini?
Faqih:    Kuliah, Pak. Di UIN.
Marbot: Oh, begitu. Lalu apakah sedang masalah? Sejak beberapa hari yang lalu bapak melihatmu terus di masjid ini. Dan sepertinya agak kebingungan. Ada yang bisa saya bantu?
Faqih:    Alhamdulillah saya baik-baik saja, kok, Pak (tersenyum)
Marbot: Bapak tahu, bapak ini orang asing. Tapi, bapak ini saudaramu seislam. Sudah semestinya bapak membantumu.  Katakan saja apa masalahmu. Bapak coba carikan solusi.
Faqih:    (berpikir sejenak) mmm.. Sebetulnya, saya sedang bingung mencari tempat tinggal. Saya datang untuk berkuliah ini, murni karena saya mendapat beasiswa. Sedangkan untuk kehidupan sehari-hari, agaknya bekal yang saya punya tidak mencukupi. Biaya sewa kamar kos di sekitar sini jauhdari jangkauan saya.
Marbot:Oalah, nak. Kalau begitu, tinggallah di masjid ini. Hitung-hitung sekalian mengabdi di rumah Allah, seperti yang kulakukan selama ini.
Faqih:    Mmm.. (ragu-ragu) baiklah, Pak.
Marbot:(tersenyum, menepuk-nepuk pundak Faqih). Baiklah, apakah itu saja yang menjadi masalahmu?
Faqih:    Mmm, saya ingin bertanya, Pak. Bagaimana hukumnya seorang anak yang meninggalkan ibunya yang sedang sakit sendirian? Apakah tetap disebut durhaka meskipun itu atas permintaan sang Ibu sendiri?

(Baca kelanjutan ceritanya: Menyempurnakan Separuh Agama dengan Cara Tak Terduga - Segmen Dua)

Post a Comment for "Menyempurnakan Separuh Agama dengan Cara Tak Terduga (Segmen Satu)"