Delivering Knowledge, Developing Generations


Dalam perjalanan saya dari arah Jakarta menuju Karawang Sabtu kemarin (19/12/2015), di salah satu titik ruas Jalan Tol yang saya lewati, saya melihat sebuah billboard besar di sisi jalan, mempromosikan salah satu institusi pendidikan. Slogan yang ditonjolkan dalam billboard itu saya pilih menjadi judul postingan ini: Delivering Knowledge, Developing Generations.

Memang, tidak ada kesalahan fatal dalam slogan itu, tapi yang membuat saya tergerak untuk mengangkat slogan tersebut menjadi judul postingan saya kali ini, terus terang adalah sebuah pertanyaan besar yang bergelayut dibenak saya usai membaca slogan dalam billboard itu: Belum cukupkah waktunya bagi kita untuk mengedepankan keteladanan dalam urusan membangun generasi?

Dalam domain pendidikan, atau bahkan dalam domain apapun dalam kehidupan ini, unsur knowledge adalah kebutuhan yang tidak boleh kita kesampingkan. Tetapi, dalam urusan membangun generasi (developing generations), keteladanan jauh lebih utama dari hanya sekedar memindahkan pengetahuan (delivering knowledge) dari kepala seorang guru ke kepala para peserta didik.

Kebutuhan suprematif kita dalam konteks membagun generasi hari ini, sekali lagi, sejatinya memang adalah keteladanan. Ya, keteladanan!!! Dan, mengingat keteladanan adalah karakter pokok yang melekat kuat dalam sebuah integritas, maka dalam urusan membangun generasi, seluruh institusi pendidikan, formal maupun informal, slogan-slogan filofofis yang lebih besar bobot kemaslahatannya untuk diimplementasikan adalah: Instilling Integrity, Developing Generations (Menanamkan Integritas, Membangun Generasi).

Bahwa transfer pengetahuan (atau delivering knowledge) penting dalam pendidikan, memang iya. Tetapi perhatikanlah bahwa Integritas menghimpun segala kebaikan moral maupun etis, termasuk kebaikan ilmu pengetahuan dalam satu kesatuan utuh karakter keteladanan. Esensi ini yang saya perhatikan menjadi parameter utama para orang tua (Ayah dan Bunda) masa kini dalam memfasilitasi putra-putri tercinta mereka memilih Sekolah-Sekolah Favorit yang representatif bagi kebutuhan pendidikan yang didambakan. (Baca juga artikel ini ya: Sekolah-Sekolah Menengah Atas Favorit di Indonesia)

Bagi ummat Islam, dan bahkan bagi seluruh ummat manusia, figur keteladanan utama itu tak lain dan tak bukan, adalah Rasulullah Muhammad SAW. Kebenanaran ini tidak hanya diakui oleh komunitas Muslim saja. Orientalis sekaliber Michael H Hart dalam bukunya yang berjudul The 100, A Ranking of the Most Influential Persons in History, mengakui secara jujur fakta tersebut, dan menempatkan Baginda Rasulullah Muhammad SAW dalam urutan pertama Tokoh paling berpengaruh dalam sejarah.

Maka, jika institusi pendidikan ingin berkontribusi membangun generasi yang berkarakter, jika institusi pendidikan ingin berkontribusi membangun generasi yang penuh integritas, dan memang seharusnya begitu, maka figur keteladanan mana lagi yang harus dicari, sementara keteladanan dan kebenaran yang semakin terang benderang itu sudah di depan mata semua pihak? Wallahua’lam. (Sempatkan juga membaca artikel ini ya: Mengobati Tunanetra Mata Hati)

Post a Comment for "Delivering Knowledge, Developing Generations"