Jebakan Kapitalisme di 10 Malam Terakhir Ramadhan



Saat masjid-masjid harusnya makin penuh dengan jamaah, pusat-pusat perbelanjaanlah yang justru kian padat dengan pengunjung. Trik pemasaran duniawi rupanya ada yang mendesain agar daya tariknya terlihat "lebih kuat" daripada daya tarik keutamaan Ramadhan, khususnya 10 hari terakhir. Itulah  jebakan kapitalisme.

Segelintir hamba makin deras meneteskan air mata karena Ramadhan sebentar lagi akan pergi, dan belum tentu berjumpa lagi dengannya, sementara yang lainnya tampak makin riang mempersiapkan berbagai bentuk pesta pora kelalaian demi kelalaian.

Jebakan kapitalisme berhasil meningkatkan perputaran uang di bulan Ramadhan, tetapi perputaran itu sepertinya tidak secara signifikan untuk memenuhi kebutuhan spiritualitas, melainkan lebih banyak kandas di pusaran "roda gila" pemenuhan keinginan-keinginan syahwat duniawi. 

 بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا . وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ 

Tetapi (sangat disayangkan) kamu lebih memilih kehidupan duniawi. Sementara kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal (QS. Al-A’lâ: 16-17)


 وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۖ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ 

Dan kehidupan dunia ini tiada lain hanyalah main-main dan senda gurau belaka. dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu mau memahaminya? (QS. Al-An’am: 32)

Banyak nasehat dari kaum bijak bestari terkait dengan keistimewaan Ramadhan, khususnya sepuluh malam terakhir. Nasehat-nasehat itu antara lain: Seperti apa hati kita dijaga oleh Allah untuk tetap teguh di atas kebenaran sepanjang tahun, rahasianya tersimpan dalam sikap dan kesungguhan kita menghidupkan sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.

Periode tersebut (10 malam terakhir Ramadhan) adalah puncak-puncak kemuliaan dan penghambaan kepada Allah. Malam yang lebih baik daripada seribu bulan, ada di momen-momen terakhir itu. Sungguh sebuah kerugian besar jika dalam momen istimewa itu tidak memaksimalkan ikhtiar menghidupkannya dengan qiyamul lail, tadarus, munajat, dzikir dan taubat, atau memperbanyak istighfar, memohon ampun kepada Allah, di samping ibadah-ibadah lainnya.

Suatu ketika Syaikh Utsaimin berkata, “Apakah anda ingin mengetahui seberapa besar kekuatan istiqomahmu selama setahun? Apakah anda ingin mendapat bocoran nasib akhir hayatmu? Apakah anda ingin mendapat surga dunia dan akhirat?"

“Lihat dan perhatikan dirimu, seperti apa sikapmu dan totalitas kesungguhanmu berserah diri, bermunajat mesra dengan Rabbmu di 10 malam terakhir Ramadhan", demikian tegas Syaikh yang bernama lengkap Syaikh Muhammad bin Shalih bin Muhammad bin Utsaimin Al-Wuhaiby At-Tamimi itu.

Post a Comment for "Jebakan Kapitalisme di 10 Malam Terakhir Ramadhan"