Falsafah Kesatuan Jutaan Unggulan



Satu sel benih (spermatozoa) yang berhasil membuahi satu sel telur (ovum), yang kemudian berkembang menjadi diri kita hari ini, bukanlah satu sel benih yang paling unggul dalam memenangkan persaingan di antara ratusan juta sel benih yang ada. Bukan !!! 

Masing-masing dari kita hari ini adalah perwujudan dari satu sel benih unggul yang ditopang oleh ratusan juta sel benih unggul lainnya melalui rangkaian sinergi kolaborasi gerakan kolektif yang indah sehingga salah satu di antaranya berhasil membuahi satu sel telur. 

Sekali lagi, hasil kolaborasi itulah yang menjadi diri kita hari ini. Karena itu, sejatinya kita terlahir bukan untuk saling bersaing. Kita terlahir justru untuk saling menopang; saling tolong menolong dalam rangka mewujudkan kemaslahatan hidup yang lebih besar.

 وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ 


Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. (QS. Al-Maidah: 2)

انْصُر أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظلُو مًا قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا نَنصُرًُهُ مَظْلُومًا فَكَيْفَ نَنْصُرُهُ ظَالِمًا قَالََ تَأْخُذُ فَوْقَ يَدَيْهِ


Bantulah saudaramu, baik dalam keadaan sedang berbuat zhalim atau sedang teraniaya. Ada yang bertanya: “Wahai Rasulullah, kami akan menolong orang yang teraniaya. Bagaimana menolong orang yang sedang berbuat zhalim?” Beliau menjawab: “Dengan menghalanginya melakukan kezhaliman. Itulah bentuk bantuanmu kepadanya” (HR. Al-Bukhâri)

Jika toh hal di atas dimaknai sebagai persaingan atau kompetisi, maka maknanya merujuk pada kompetisi atau perlombaan dalam mempersembahkan yang terbaik bagi semua. Fastabiqul khairat. Bukan perlombaan untuk menyingkirkan yang lain.

Perspektif "kompetisi" di atas bisa dilukiskan secara analogis melalui kisah inspiratif persaingan bisnis ala Saudi Arabia, yang menurut saya benar-benar mencerminkan esensi muamalah yang sangat Islami. Kisah ini saya ketahui atas kebaikan seseorang yang membagikannya kepada saya dan juga kepada khalayak umum.

Alkisah, seorang manager berkebangsaan Inggris dikontrak oleh Bin Dawood, salah satu Departemen Store terkemuka di Saudi Arabia, yang diposisikan sebagai Regional Manager cabang mereka di Makkah. Manager ini sudah memiliki jam terbang yang cukup tinggi, berpengalaman sebagai manager pusat perbelanjaan di Inggris, Malaysia dan China.

Setelah tinggal dan bekerja beberapa lama di Saudi, dia kemudian menceritakan hal-hal unik dan sangat inspiratif  bagaimana roda bisnis dijalankan di Saudi. Berikut dua contoh yang diceritakan:

Pertama, di Makkah, di seberang Bin Dawood Superstore ada perusahaan yang membangun sebuah Megastore, berjarak hanya beberapa meter saja dari lokasi Bin Dawood. Awalnya, Manajer baru ini merasa resah. Di hadapan Owner Bin Dawood,  dia mengungkapkan kegelisahannya:  “Kenapa sih mereka tidak mendirikan di tempat  lain saja?”

Pemilik Bin Dawood mengernyitkan dahinya. Rupanya dia tak suka dengan pernyataan semacam itu. Melihat respon Owner seperti itu,  Manajer tersebut  makin merasa heran, lebih-lebih ketika dia menyaksikan dengan mata kepala sendiri apa yang kemudian dilakukan oleh sang owner, yakni mengutus sebagian karyawan Bin Dawood ke pusat perbelanjaan yang baru berbenah itu, mengirimkan makanan dan minuman serta menawarkan bantuan apa yang kira-kira mereka butuhkan!

Pemilik Bin Dawood itu kemudian bertutur, “Rezeki kita itu sudah ditentukan. Mereka tidak akan bisa mengambilnya walaupun hanya satu riyal kalau memang sudah ditakdirkan itu milik kita. Jadi mengapa kita tidak coba meraup pahala kebaikan dengan membantu mereka?”

Kedua, kisah tentang perternakan ayam. Fakieh Poultry Farms adalah peternakan ayam terbesar kedua di Saudi Arabia setelah Al-Watania sebagai peternakan terbesar pertama. Tahun 2014, Fakieh Poultry memproduksi 500.000 ayam broiler setiap harinya. Perusahaan ini memberdayakan lebih dari 200 peternakan ayam yang tersebar di seluruh jazirah Arab.

Suatu saat, saingan terbesar Fakieh Poultry yaitu Al-Watania terlilit hutang sebesar lebih dari satu juta riyal. Jika hutang itu tidak segera dibayarkan, Al-Watania terancam gulung tikar. Apa yang kemudian  dilakukan oleh pemillik Fakieh Poultry? Bertepuk tangankah? Bersorak penuh riang gembirakah? Tidak!!!

Yang dilakukan oleh Pemilik Fakieh Poutry adalah mengirim cek sebagai bantuan bagi perusahan Al-Watania untuk membayar hutangnya sambil berpesan,
“Bayar hutang-hutangmu sekarang, dan kembalikan kepadaku kapan saja kalau kamu sudah bisa mengembalikannya”

Sungguh, Fakieh Poultry punya peluang besar untuk menyingkirkan saingannya dan kemudian tampil menjadi satu-satunya perusahaan yang eksis dibisnis peternakan ayam. Tapi, itu tidak dilakukannya. Fakieh Poultry memilih hal yang sebaliknya, yakni menolong "saingan" bisnisnya yang sedang kesulitan.

Itulah gambaran "kompetisi" bisnis di Saudi Arabia. Roda bisnis berputar dari hati yang sepenuhnya sadar bahwa rezeki sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Tak perlu khawatir orang lain mengambilnya, tak perlu dengan tega-teganya melakukan aneka trik kotor atau berbagai sabotase tak terpuji untuk menjatuhkan saingan bisnis. Itulah falsafah kesatuan jutaan unggulan. Wallahua'lam. (Jangan lewatkan pula artikel yang satu ini: Pagar Pembatas Poligami dalam Islam)

My Quote:
Kompetisi hidup di kampung persinggahan kita yang sementara ini, sejatinya bukan untuk mengalahkan yang lain, melainkan untuk ikut memenangkannya, agar kita kemudian bisa kembali ke kampung halaman kita yang abadi dengan membawa kemenangan besar bersama.
Baca juga : Butir-Butir Keyakinanku Tetang Rezeki.

Post a Comment for "Falsafah Kesatuan Jutaan Unggulan"