Parkir Khusus Ibu Hamil, Responsif Gender Ataukah Suami Tidak Responsif ?

Memuliakan perempuan, menghormati harkat dan martabat kaum hawa tampaknya semakin menjadi perhatian penting dari waktu ke waktu, bukan hanya dari orang perorang, tetapi bahkan perhatian itu makin ditunjukan oleh institusi negara, atau bangsa-bangsa di dunia, melalui berbagai giat kampanye kepedulian di berbagai sektor, bidang, hingga ke ruang-ruang kerja. Di Indonesia misalnya, melalui Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak telah ditetapkan dan diundangkan Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 5 Tahun 2015 Tentang Penyediaan Sarana Kerja yang Responsif Gender dan Peduli Anak di Tempat Kerja.

Keberadaan tempat parkir misalnya, dengan komitmen besar terhadap implementasi responsif gender, maka determinasi antara area parkir laki-laki dan perempuan benar-benar diterapkan. Bahkan, seperti yang terjadi di Kerajaan Selangor, Malaysia dalam foto di atas, dalam area parkir perempuan pun masih disediakan zona khusus lagi untuk parkir ibu hamil. Ini patut ditiru oleh siapapun yang ingin memperoleh keberkahan hidup dari setiap ikhtiar memuliakan perempuan sebagai tiang Negara.
Penyediaan Parkir Khusus Ibu Hamil, bagian dari "Kampanye Hormat Wanita" di Negeri Selangor, Malaysia. Sumber: https://selangorkini.my/2017/04/iwh-lancar-parkir-ibu-hamil
Baca juga:
Dinas Kesehatan Karawang Rekomendasikan 2 Rumah Sakit Responsif Gender

Bicara responsif gender dalam soal perparkiran, jika kaitannya dengan ibu hamil, rasa-rasanya yang paling resposif gender adalah keputusan seorang suami untuk tidak membiarkan istrinya yang sedang hamil mengendarai kendaraan sendiri, sehingga tak perlu ada parkir khusus ibu hamil. Artinya, butuh suami/lelaki yang resposif untuk bisa mewujudkan resposif gender yang baik pada perempuan, lebih-lebih pada ibu hamil.

Meskipun demikian, area parkir khusus ibu hamil, tampaknya memang disediakan untuk mengantisipasi situasi-situasi tertentu dimana ibu hamil yang sedang bekerja, atau sekedar ingin berbelanja di Mal misalnya, masih mendapatkan "restu" dari sang suami untuk mengendarai kendaraan, sebelum akhirnya istri cuti hamil, atau sebelum usia kehamilannya memasuki periode yang lebih beresiko untuk beraktivitas di luar.
Representasi komitmen responsif gender dalam urusan parkir kendaraan di tempat kerja, atau di tempat-tempat umum.
Determinasi area parkir dalam konteks responsif gender, tidak semata-mata menyediakan zona parkir yang asal sudah terpisah antara kaum adam dan kaum hawa, tetapi sekaligus juga mempertimbangkan aspek kemudahan akses sekaligus tingkat keamanan. Posis zona parkir khusus perempuan sudah semestinya ada di lokasi yang memang relatif paling mudah aksesnya dan sekaligus paling safety.

Semoga penghormatan terhadap harkat dan martabat perempuan mengejawantah ke seluruh aspek kehidupan sebagai bagian tak terpisahkan dari bukti nyata memuliakan perempuan, tanpa mengesampingkan penghormatan terhadap harkat dan martabat kaum adam. Aamiin Ya Rabbal'alamin.

Post a Comment for "Parkir Khusus Ibu Hamil, Responsif Gender Ataukah Suami Tidak Responsif ?"