Pandemi Corona dan Makna-Makna Simbolik di Dalamnya


Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) hadir menyentak kesadaran dunia, bahwa kekuatan jaringan komunitas global yang selama ini dibangun, sedemikian ringkihnya diretas hanya oleh sebuah koloni mikroorganisme renik yang tak kasat mata bernama virus Corona. Ini baru makhluk-makhluk kecil yang notabene tak berakal, sudah membuat nyaris kelimpungan makhluk-makhluk berakal di muka bumi ini. Bagaimana kalau episodenya telah berganti menjadi fase yang lebih dahsyat, yakni langit terbelah lalu seluruh benda-benda di angkasa sana runtuh berserakan, kemudian bumi terguncang-guncang sambil memuntahkan seluruh isinya, lalu semua bongkahan gunung es di kutub sana mencair dan lautan meluap melalap seluruh daratan? 

Sekali lagi kita baru bicara Corona; bumi serasa seperti berhenti berputar. Denyut-denyut nadi perekonomian dunia seperti melemah, pembuluh-pembuluh darah kehidupan serasa tersumbat di banyak titik. Aliran-aliran darah kehidupan seperti mengalami turbulensi. Sekolah-sekolah diliburkan. Agenda-agenda meeting dibatalkan. Bahkan, yang tak disangka oleh publik, perjalanan umrah, terutama bagi negeri-negeri di luar Haromain ditutup sampai batas waktu yang belum diketahui hingga kapan. Penerbangan-penerbangan domestik maupun internasional ikut lesu. Seluruh mata rantai ekonomi dan kehidupan bergerak seolah tanpa pelumas yang memadai. Saluran napas kehidupan benar-benar seperti tercekik. Dan, ini baru Corona, Bung !!!

Corona adalah makhluk yang tak mungkin lepas dari kendali Sang Khalik (Sang Pencipta). Di tataran ini, kehadiran Corona tak mungkin tanpa makna. Luasnya problematika yang ditimbulkan oleh Corona berbanding lurus dengan bobot dan dimensi makna yang dikandungnya. Masalah besar, menyimpan hikmah besar. Ini sudah sunnatullah bagi kaum yang berpikir. Sukses meraih makna atau hikmah dari sebuah permasalahan, adalah jaminan kenaikan bobot kemanusiaan di hadapan Sang Pencipta. Sebaliknya, gagal menangkap makna/hikmah, adalah kegelapan hidup yang pekat.

Tidakkah dunia menyaksikan, bahwa Corona Virus sebenarnya sedang  bertasbih sesuai irama yang ditakdirkannya di alam ini, dan itu bagian dari bentuk ketundukannya secara total pada Sang Pencipta? 

Penyebarannya ke seluruh dunia, secara simbolik adalah ibarat perjalanan "rombongan Corona" untuk menyampaikan pesan kepada penduduk jagad ini, bahwa ada satu sistem nilai, aturan, pandangan hidup, yang sejatinya telah lama tersedia untuk mengatur seluruh denyut kehidupan manusia di atas permukaan bumi ini, tetapi selama ini aturan terbaik itu terpinggirkan, bahkan dicampakkan begitu saja, digantikan aturan-aturan buatan sesuai hawa nafsu tiap bangsa.

Ketika denyut nadi perekonomian dunia melemah dan bahkan nyaris kolaps, "rombongan" Corona seakan-akan berteriak: "Hey, apa sih yang bisa dibanggakan dari perekonomian yang selama ini kalian bangun di atas landasan riba? Sampai kapan kalian bisa hidup dengan saling menghisap darah sesama diantara kalian? Mengapa selama ini kalian keras kepala begini sih?"

Hari ini di banyak belahan dunia sibuk membersihkan tempat-tempat umum dengan semprotan desinfektan agar sejumlah kuman-kuman patogen itu mati. Ini tak salah, karena memang itu bagian dari tata kelola klinis yang harus ditegakkan. Tapi jangan lupa, ada simbolisme makna yang tersimpan di sana, bahwa pembersih hati yang berkarat akibat kehidupan yang penuh dengan pembangkangan pada aturan-aturan Sang Pencipta, sangat dibutuhkan. Tanpa itu, tak ada yang bisa mencegah, kuman yang berusaha dibasmi itu bermutasi secara genetik dalam hitungan detik menjadi mikroorganisme yang lebih patogen dari sebelumnya. Hanya dengan kunfayakun, apapun yang dikendaki-Nya bisa langsung terwujud, bukan?

Hari ini masyarakat di  banyak belahan dunia membutuhkan masker untuk menutup mulut dan hidung, dan ini tidak salah, karena itu bagian dari tata kelola klinis yang penting dilaksanakan. Tapi makna simbolik dari itu, dunia membutuhkan manusia-manusia yang pandai menjaga mulut, menutupnya rapat-rapat dari segala ucapan penuh kebohongan, ujaran-ujaran kebencian, penodaan agama, dan lain sebagainya, termasuk menutup rapat-rapat dari kebiasaan memakan apa yang diharamkan, karena jika semua keburukan itu berbau, hidung ini sudah tak kuat menahan bau busuknya jika tak ditutup.

Hari ini dunia sepakat membudayakan cuci tangan pakai sabun dan air mengalir untuk membersihkan tangan, dan itu tidak salah. Tapi ketika tangan telah dimaknai sebagai simbol kekuasaan, maka di tangan siapapun kekuasaan itu berada, di tangan bangsa manapun kekuasaan itu berada, ia harus dibersihkan dari segala arogansi, dari segala keangkuhan, dari segala kebejatan, dari segala kebengisan, dari segala kemunafikan, dan itu semua hanya bisa bersih terbasuh oleh siraman aturan-aturan hidup terbaik dari sumber segala kebaikan. 

Sekali lagi, saksikanlah dengan mata hati,  bahwa sesungguhnya "rombongan" atau koloni Corona Virus sedang  bertasbih sesuai irama yang ditakdirkannya di alam ini, dan itu bagian dari bentuk ketundukannya secara total pada Sang Pencipta. Mereka sejatinya sedang menebar makna, bahwa makhluk tak berakal seperti mereka ada dalam ketundukan total kepada Sang Pencipta, karena hanya dalam sikap seperti  itu ada eksistensi kehidupan. Maka, bagaimana mungkin makhluk-makhluk berakal memilih membangkang dari syariat-Nya? Kehidupan seperti apa yang dicari, Hey?

Dunia seperti sedang oleng oleh Corona. Simbol titik sentrum keseimbangan dunia, terletak di Ka'bah. Ketika episode peringatan ini masih berlangsung, Tanah Suci akan tetap menerapkan lockdown sesuai perintah syariah demi proteksi kehidupan ummat. Tapi, pernahkah terpikirkan bahwa konsekuensi lockdown Tanah Suci adalah ibarat penghalang imajiner bagi banyak bangsa di dunia untuk Thawaf mengelilingi sentrum keseimbangan itu? Sementara jika tak ada lagi Thawaf sama sekali di zona sentrum itu, rotasi bumi pun akan berhenti, dan itulah kiamat.

Semoga episode peringatan di balik pandemi Corona ini segera berakhir, dan dunia berhasil membangun kesadaran baru yang mencerahkan, menyususun sendi-sendi peradaban baru yang bermartabat di hadapan seluruh ummat dan Sang Pencipta. Jika tidak, siapkah kita menerima episode peringatan global berikutnya? 

Post a Comment for "Pandemi Corona dan Makna-Makna Simbolik di Dalamnya"