Ramadhan dan Memori Indah Saya di Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta

Serambi Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta.
Menurut catatan sejarah, Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I bersama Penghulu Kraton pertama Kyai Faqih Ibrahim Diponingrat, dan Kyai Wiryokusumo sebagai arsiteknya. Masjid ini dibangun pada hari Ahad Wage, 29 Mei 1773 M bertepatan dengan 6 Rabiul Akhir tahun 1187 H. Lebih kurang 2,5 abad yang lalu.

Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta tidak hanya menjadi saksi sejarah Islam dan kebudayaan di kota Yogyakarta. Secara spesial personal, masjid ini juga menjadi saksi sejarah dari sekelumit perjalanan hidup saya di kota pelajar Yogyakarta. Saya bangga sekaligus sangat bersyukur kepada Allah SWT ditakdirkan memiliki memori indah di Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta.

Dekade 90-an ketika saya kuliah di Yogyakarta, tepatnya di Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta, nyaris setiap Ramadhan tiba saya selalu berusaha bisa mengikuti taraweh di Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta. Tidak full sebulan Ramadhan memang, karena saya bagi-bagi momen dengan taraweh di masjid-masjid bersejarah lainnya di kota Yogyakarta, termasuk Masjid Syuhada Kotabaru.

Tak lama setelah wisuda Sarjana Kedokteran (S.Ked) tahun 1997, saya menikah, sehingga selama mengikuti pendidikan Profesi Dokter, status saya pada waktu itu sudah berkeluarga.

Setahun pasca menikah, istri saya hamil. Dan selama masa hamil pertama, tak terhitung jumlahnya berapa kali saya dan istri sengaja menyempatkan diri singgah di Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta, baik untuk shalat maupun sekedar menikmati suasana khas menenteramkan di masjid ini.

Sambil rehat di serambi Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta, sesekali saya bercerita kepada istri bahwa sewaktu saya masih mahasiswa dan belum berkeluarga, tiap kali ramadhan tiba, saya sering ikut buka bersama di masjid ini, lanjut taraweh berjamaah, dan bahkan tidak jarang lanjut menginap di masjid ini, hingga pernah merasakan pula suasana sahur bersama dengan beberapa jamaah yang itikaf di Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta kala itu. Indah rasanya mengenang suasana masa-masa itu.
Ruang utama Shalat Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta.
Kebiasaan saya mengajak istri mampir di Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta, sesungguhnya ikut terdorong pula oleh motif nostalgia.
*****
Suatu ketika, saat istri sedang hamil besar, hamil pertama, di bulan Ramadhan, saya dan istri mampir shalat Dhuhur di Masjid Gede Kauman Yogyakarta. Usai shalat, kami tidak langsung pulang. Kami duduk-duduk santai di serambi Masjid Gedhe Kauman bersama dengan beberapa jamaah lainnya yang juga melakukan hal yang sama.

Qodarullah, salah seorang takmir masjid bernama Bpk. Ahmad waktu itu, menghampiri kami, menyapa kami, dan singkat cerita di akhir obrolan santai kami kala itu beliau memanjatkan doa, khususnya untuk istri saya yang sedang hamil pertama, dengan doa-doa terbaik yang pernah saya dengar. Doa itu kami aminkan dengan suasana hati yang bergetar, apalagi di bulan Ramadhan saat itu.

Dan, qodarullah pula, anak yang masih di dalam kandungan istri yang kala itu ikut didoakan, kini sedang menyelesaikan pendidikannya di Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir.


Dari sejumput memori indah ini, sejatinya saya hanya ingin menyampaikan satu penegasan pamungkas kepada seluruh pembaca Blog personal saya, bahwa sebentar lagi kita akan memasuki Ramadhan. Siapkan hati kita untuk meraih keutamannya. Jangan pernah lupa, siapkan pula doa-doa terbaik, dan/atau aminkan doa-doa terbaik dari siapapun yang mendoakan kita. Baarokallahu fiikum.
* Stasiun Lempuyangan Yogyakarta, 28 Maret 2022, sambil menunggu Kereta Api Singasari jurusan Yogyakarta-Karawang.

Post a Comment for "Ramadhan dan Memori Indah Saya di Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta"