Korelasi Maknawiah Adzan & Shalat Menurut Ustadz Adi Hidayat

Kata/istilah Adzan selama ini sudah sangat populer diartikan sebagai "panggilan". Dalam hal ini panggilan untuk shalat. Dan itu tampaknya sah-sah saja karena memang masih ada relevansinya, mengingat dalam rangkaian redaksi Adzan terdapat salah satu kalimat "hayya 'ala sholah" yang konteks  maknanya berkaitan dengan ajakan atau panggilan untuk menunaikan shalat.
Ustadz Adi Hidayat, Lc., MA
Arti Adzan sebagaimana tersebut di atas masih sejalan dengan apa yang tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang menerjemahkan kata Adzan sebagai "seruan untuk mengajak orang melakukan shalat berjemaah" atau "pemberitahuan masuknya waktu shalat".

Untuk memperkaya khazanah pengetahuan sekaligus pemahaman tentang arti dan/atau makna Adzan, Ustadz Adi Hidayat Lc mengelaborasi pemaknaan kata Adzan secara etimologis dalam perspektif korelasi maknawiahnya dengan shalat.

Kata Adzan, menurut Ustadz Adi Hidayat, adalah bentuk jamak dari Udzun yang dalam bahasa Arab berarti telinga. Seruan-seruan Adzan yang kita kenal selama ini, masih merujuk Ustadz Adi Hidayat, adalah satu-satunya lafadz di muka bumi yang pasti akan selalu terdengar oleh orang-orang yang masih memiliki fungsi pendengaran di telinganya. Bahkan, lebih ditegaskan lagi, bahwa seruan-seruan Adzan merupakan satu-satunya lafadz di bumi yang tidak pernah berhenti 24 jam.

Perbedaan-perbedaan waktu antar wilayah di muka bumi, yang kemudian melahirkan selisih waktu masuk shalat antar daerah, menjadi fakta mengagumkan tentang realitas kesinambungan suara Adzan di muka bumi. Ketika di satu wilayah hampir selesai mengumandangkan Adzan, maka pada saat yang sama ada lokasi lain di muka bumi yang bersiap-siap mulai mengumandangkan Adzan. Demikian seterusnya, sambung menyambung lafadz itu berkumandang di muka bumi tanpa henti hingga kiamat datang.

"Dulu saya tinggal di Tripoli", kata Ustadz Adi Hidayat memberi contoh, "Mesir selesai Adzan, Libya Adzan. Selesai Libya, Tunisia Adzan. Tunisia selesai, Aljazair Adzan, Maroko, sampai terus nyeberang. Ternyata 24 jam tidak pernah berhenti", jelas Ustadz Adi Hidayat.

Coba kita perhatikan waktu shalat Maghrib di beberapa lokasi berikut ini:
  • Surabaya 17:54
  • Solo 18:02
  • Purwokerto 18:08
  • Bandung 18:14
  • Banten 18:19
Bukankah dengan waktu shalat seperti di atas,  kumandang Adzan akan sambung menyambung? Adzan di Surabaya, susulan dari Adzan di wilayah timur Surabaya, dan seterusnya. Demikian pula, Adzan di Banten akan disusul dengan Adzan di wilayah barat Banten, dan seterusnya. Belum sempat berakhir kumandang Adzan Maghrib di salah satu belahan bumi, di belahan bumi lainnya akan mulai berkumandang Adzan Isya yang kemudian akan sambung menyambung lagi seperti di atas.

Belum sempat berakhir kumandang Adzan Isya di muka bumi, di belahan bumi lainnya sudah mulai berkumandang Adzan Subuh. Di susul Adzan Dhuhur, Ashar, lalu Maghrib. Masya Allah, 24 jam non stop Adzan berkumandang di muka bumi.

"Ketika dalam Adzan muncul kalimat hayya 'ala sholah, tunaikan shalat", kembali menurut Ustadz Adi Hidayat, "Anda bertanya kenapa mesti shalat?"

"Kata Allah lewat suara Muadzin: hayya 'alal falaah. Supaya engkau sukses, supaya engkau bahagia. Jadi falaah bukan sekedar bahagia. Kalau Anda buka kamus bahasa Arab-Inggris, maka falaah itu diterjemahkan dengan success and happiness", tegas Ustadz Adi Hidayat.

Silahkan simak cuplikan audio penjelasan Ustasz Adi Hidayat Lc berikut ini: (pilih "listen in browser" untuk mendengarkan langsung)
Dengan penjelasan seperti di atas, maka salah satu kesimpulan yang bisa ditarik adalah Adzan yang berkumandang non stop di muka bumi itu adalah semacam deklarasi afirmatif urgensi dan kepentingan shalat dalam upaya menggapai kesuksesan dan kebahagian hidup, dunia sekaligus akhirat. Wallahua'lam.

Post a Comment for "Korelasi Maknawiah Adzan & Shalat Menurut Ustadz Adi Hidayat"