![]() |
Buku 'Fihi Ma Fihi' Karya Jalaluddin Rumi. |
Jalaluddin Rumi (1207–1273) dikenal luas sebagai penyair sufistik Islam terbesar sepanjang masa. Karya-karyanya tidak hanya memikat hati umat Islam, tetapi juga menembus sekat-sekat agama dan budaya. Dalam Fihi Ma Fihi, kita tidak menjumpai Rumi sebagai penyair dengan rima yang indah, melainkan sebagai guru ruhani yang bicara dari hati ke hati.
Buku ini merupakan kumpulan ceramah dan percakapan yang ia sampaikan kepada para murid dan tamu di Konya, Turki, pada abad ke-13. Berbeda dari karya agungnya Masnawi yang penuh alegori, Fihi Ma Fihi tampil lebih personal, spontan, dan sekaligus mendalam.
Buku ini berisi percakapan yang menghidupkan jiwa. Terdiri dari sekitar 71 bagian, tidak tersusun secara sistematis seperti kitab akademik, namun justru mengalir bebas dengan kejutan-kejutan kedalaman makna di dalamnya. Setiap diskusi dalam buku ini seperti cermin yang mengajak pembaca berkaca: Siapa aku? Ke mana aku menuju? Siapa Tuhanku?
Beberapa tema utama dalam buku ini antara lain:
- Hakikat jiwa manusia. Rumi memandang jiwa bukan sebagai beban tubuh, tetapi sebagai pancaran cahaya ilahi yang sedang merindu pulang.
- Cinta sebagai jalan menuju Tuhan. Bagi Rumi, cinta adalah bahasa semesta dan jalan menuju kebenaran.
- Kritik terhadap formalisme agama. Rumi mengingatkan agar agama tidak sekadar ritual kosong, melainkan harus menghadirkan kesadaran dan cinta.
- Relasi murid-guru. Terlihat bagaimana Rumi menghormati dialog dan mendidik bukan dengan dogma, tapi dengan kebijaksanaan.
Bahasanya ringan, meski sering sarat simbol. Ia mengangkat kisah-kisah pendek, kadang diselingi humor atau sindiran, namun selalu menuju satu titik: kebersatuan dengan Sang Pencipta.
Beberapa kutipan dari Fihi Ma Fihi yang paling membekas di hati antara lain:
“Kamu bukan setetes air di lautan. Kamu adalah lautan yang ada dalam setetes air.”
– Sebuah perenungan tentang betapa besar potensi ilahiah yang tersembunyi dalam diri manusia.
“Kata hanyalah bayangan; kebenaran ada di baliknya.”
– Mengajak kita untuk tidak terjebak pada simbol, tetapi mencari esensi.
“Ilmu tanpa cinta adalah beban. Cinta tanpa ilmu adalah kebingungan. Namun bila bersatu, jadilah kedalaman.”
Beberapa sisi kelebihan buku Fihi Ma Fihi adalah sebagai berikut:
• Menyampaikan spiritualitas Islam dalam cara yang universal dan menyentuh hati.
• Cocok untuk pembaca lintas agama dan budaya.
• Kaya dengan kisah, perumpamaan, dan ilustrasi kehidupan.
Terlepas dari beberapa kelebihan di atas, ada sedikit catatan yang patut digarisbawahi. Buku ini tidak disusun secara tematik atau kronologis, sehingga pembaca baru mungkin perlu kesabaran untuk menikmati setiap bagian. Selain itu, sebagaimana yang terkadang dijumpai dalam beberapa naskah terjemahan, Fihi Ma Fihi terjemahan bisa berisi narasi yang tidak sepenuhnya menggambarkan keutuhan makna bahasa aslinya.
Karena itu, secara pribadi saya menyarankan sebaiknya memilih atau membeli versi terjemahan yang direkomendasikan oleh penerbit terpercaya. Salah satu yang saya rekomendasikan bisa diakses melalui tautan ini: Fihi Ma Fihi.
Membaca Fihi Ma Fihi bukan seperti menyusuri jalan lurus dari titik A ke titik B. Ini lebih seperti berjalan di taman sunyi, di mana setiap langkah menghadirkan kejutan makna dan percikan cahaya. Tidak ada perintah, tidak ada penghakiman—yang ada hanyalah sapaan lembut seorang guru kepada muridnya: “Lihatlah ke dalam dirimu, karena di sanalah Tuhan sedang menunggu.”
Bagi siapa pun yang haus akan makna hidup, yang letih dengan kepalsuan dunia, atau yang ingin memahami Islam dari wajahnya yang paling lembut—buku ini adalah sahabat sejati.
Selamat menyelami! Semoga cahaya Rumi turut menerangi lorong-lorong hati kita yang sedang mencari.
Post a Comment for "Fihi Ma Fihi: Hikmah yang Mengalir dari Kedalaman Hati Jalaluddin Rumi"
Pembaca yang budiman, silahkan dimanfaatkan kolom komentar di bawah ini sebagai sarana berbagi atau saling mengingatkan, terutama jika dalam artikel yang saya tulis terdapat hal-hal yang perlu diklarifikasi lebih lanjut. Terima kasih.