Sikap Final Saya Terhadap Penista Al-Quran


Sikap final saya terhadap Penista Al-Quran sudah menjadi harga mati. Tidak ada tawar menawar soal ini. Tidak ada kompromi mengenai perkara vital ini. Tidak ada basa-basi seputar tema krusial ini. Manusia manapun di atas permukaan bumi dan di bawah kolong langit ini, tidak seorangpun ada yang bisa mempengaruhi saya untuk berubah sikap, karena sikap saya tersebut sudah menjadi bagian inheren dari kristalisasi keyakinan saya yang menghunjam kuat dalam lubuk hati saya yang paling dalam. Hey, Catat itu !!! 

Pernyataan-pernyataan yang mencerminkan sikap final saya terhadap Penista Al-Quran beberapa diantaranya telah menghiasi status saya di akun fecebook, dan beberapa yang lainnya akan saya ketengahkan dalam artikel ini. Status terbaru yang saya tulis di akun fb saya beberapa waktu lalu adalah kurang lebih sebagai berikut:
Penista Al-Quran hanya boleh hidup di bumi yang bukan ciptaan Allah. Silahkan saja kalau ada. Karena itu, hey, INSAFLAH. Allahu Akbar !!!
Sebelumnya, saya menulis status seperti di bawah ini:
Satu-satunya cara terbaik, tercepat dan termudah untuk mencegah para Pencinta Al-Quran melakukan aksi-aksi damai di jalan atau di segala penjuru adalah mengadili secepatnya Penista Al-Quran. Awas, yg bermain-main dengan keadilan akan dihancurkan oleh keadilan-Nya. Pikirkan itu ... !!! Maka, INSAFLAH ... !!!
Satu lagi status adalah merupakan kombinasi pernyataan saya dengan pernyataan seorang Jenderal berhati bersih sebagai berikut:
"Bhinneka Tunggal Ika adalah pusat gravitasi pemersatu bangsa" (Jenderal TNI Gatot Nurmantyo). Karena itu, tidak ada tempat bagi siapapun yg berani mencoba-coba mengusik sensitivitas SARA, apalagi sampai melakukan penistaan Agama.
Pernyataan-pernyataan sikap saya di atas tidak keluar begitu saja tanpa dasar-dasar historis keagamaan yang kuat. Dalam Kitab yang tidak ada satupun keraguan di dalamnya, ditekankan secara terang benderang kebenaran fakta berikut ini:

 يُرِيدُونَ أَنْ يُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَيَأْبَى اللَّهُ إِلَّا أَنْ يُتِمَّ نُورَهُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ 

Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai (QS. At-Taubah: 32)

Perhatikan secara saksama ayat di atas. Saksikanlah bahwa perbuatan para penista Al-Quran benar-benar sejalan dengan substansi ayat di atas; mereka hendak memadamkan cahaya agama Allah dengan mulut mereka. Tetapi, apa yang bisa kita saksikan bersama? Jawabnya hanya satu: Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir tidak menyukainya. Merebaknya gerakan-gerakan aksi damai dari ratusan juta Pencinta Al-Quran di negeri ini yang menuntut keadilan hukum atas penista Al-Quran adalah representasi dari pernyataan “Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya”, sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas. Selama keadilan hukum atas Penista Al-Quran tidak segera ditegakkan, maka tidak akan pernah ada kekuatan yang bisa mencegah gerakan para pencinta Al-Quran untuk terus menuntut keadilan hukum. Catat itu !!!

Kekuatan Para Pencinta Al-Quran, bukan kekuatan-kekuatan remeh-temeh senjata-senjata duniawi. Kekuatan Para Pencinta Al-Quran, bukan kekuatan-kekuatan manusiawi yang serba ringkih. Kekuatan Para Pencinta Al-Quran adalah kekuatan dahsyat Al-Quran itu sendiri. Kekuatan Para Pencinta Al-Quran adalah kekuatan yang terhubung langsung dengan spectrum makna Takbir, lengkap dengan segala keajaiban yang sangat mudah terjadi.

Hey, cukup satu kali ini saya ingatkan, kekuatan dahsyat yang muncul dari penghayatan mendalam terhadap spectrum makna Takbir itulah yang membuat para penjajah lari tunggang langgang dari negeri ini. Kekuatan dahsyat itulah yang membuat para penjajah tercerai-berai kekuatannya sampai akhirnya mereka lari terkencing-kencing meninggalkan Nusantara ini kala itu.

Sekarang, para penjajah itu kembali mengintai negeri ini dengan strategi baru. Mereka, yang ingin menguasai negeri ini, faham betul bahwa satu-satunya cara untuk menguasai Indonesia adalah membuat Ummat Islam Indonesia lemah, membuat Ummat Islam Indonesia terpecah belah. Dan untuk mencapai tujuan itu mereka tahu, bahwa salah satu langkah utama adalah menciptakan situasi kehidupan yang dapat mengarahkan timbulnya keraguan Ummat Islam terhadap Al-Quran, meskipun upaya ini tidak akan pernah membuahkan hasil pada para Pencinta Al-Quran. 

Alhamdulillah saya optimis, selama ummat Islam Indonesia tidak mudah tergiur dengan lobi-lobi maut duniawi, maka selama itu Indonesia akan tetap eksis. Selama ummat Islam Indonesia tetap mempertahankan kekuatan berjamaah, selama itu Indonesia akan tetap eksis. Selama Ummat Islam Indonesia tetap berpegang teguh pada Al-Quran (dan Sunnah), maka selama itu Indonesia akan tetap eksis dengan segala keragaman yang ada. Allahu Akbar !!! (Baca juga Anomali Ahok dan Polaritas Publik. Dan jangan lewatkan juga artikel saya yang satu ini: Quo Vadis Konfrontasi Ahok dan FPI)

Post a Comment for "Sikap Final Saya Terhadap Penista Al-Quran"