Ketika Anakku (Kembali) Bertanya Tentang Musik


Melalui inbox di akun FB, beberapa hari yang lalu, putri tercinta saya yang saat ini Alhamdulillah tercatat sebagai  pelajar di MAN Insan Cendekia Serpong Kelas XII, kembali mengajak saya untuk berdiskusi kecil-kecilan. Mengawali diskusi tersebut, dia mengirimi saya sebuah link menuju satu Video Klip tentang musik yang sedang hits saat ini, terutama di kalangan remaja.

Video Klip tersebut berjudul “Salam Alaikum”. Dinyanyikan dengan suara merdu seorang remaja muslim berusia 16-an tahun, berkebangsaan Inggris, bernama Harris J. Di segmen bawah artikel ini saya sertakan video klip dimaksud.

Berikut adalah cuplikan inbox dari putri saya:

Kalau ada waktu, mungkin Ayah bisa nonton sebentar video klipnya. Ananda mau nanya pendapat Ayah.... Ayah masih inget diskusi kita tentang musik kan Yah? Dilihat-lihat, agaknya musik bisa jadi media dakwah yang amat potensial ya, Yah? Banyak agen-agen muslim yang bergerak dari ranah musik untuk menyampaikan pesan-pesan Islam. Lalu apa yang Ananda pertanyakan dari video itu?

Jadi gini, Yah.. Bagi Ananda, video itu menyuguhkan inspirasi yang tidak sedikit. Nada cerianya menularkan semangat berkarya bagi jiwa-jiwa muda, liriknya memberi motivasi untuk berfikir positif, adegan-adegan di dalamnya juga menyiratkan keindahan ukhuwah Islamiyah, dan juga ada percikan ghirah dakwah yang Ananda tangkap di sana.

Di sisi lain, ada beberapa aspek yang Ananda pertanyakan, atau mungkin Ananda khawatirkan. Pertamagimana kalau penikmat musik dari kalangan remaja perempuan terjebak dalam "kesalahan fokus" yang jatuhnya malah fangirling? Ujung-ujungnya, bukannya pesan dakwah yang tersampaikan, orang malah menggandrungi si penyanyi karena aspek lahiriahnya.. (Ayah paham maksud Ananda kan?)

Kedua, buat penyanyinya.. kalau jejeran fansnya semakin membludak, tidakkah itu menyulitkan dia untuk menjaga niat baiknya untuk syiar Islam? Kalau itu, jatuhnya bisa jadi musik yang terlarang nggak? Ayah tau kan gimana dunia hiburan menjadikan kesempurnaan fisik artis-artis untuk memperbudak konsumen-konsumen muda terutama yang perempuan. Liat aja gimana banyak remaja menanggalkan harga dirinya sebagai perempuan, dengan menjerit-jerit saat konser, mengemis-ngemis tanda tangan, mencium-cium foto, dsb, dengan dalih sebagai FANS. Padahal kan hakikatnya itu memperturutkan nafsu yang semestinya diredam dengan aturan-aturan syari'at (semisal ghaddul bashar, ghaddul qalb, dsb).

Kalau industri musik Islam mulai mengikuti yang semacam itu, lantas apa bedanya? Oke, mungkin ini reaksi yang berlebihan. tapi ya Ananda cuman pengen bertanya.. Sampai disini, tanggapan Ayah gimana? (jawabnya nanti aja.. Ayah lagi kerja, kan? Ananda sengaja nulis sekarang mumpung sempet). Makasih Yah...

Di bawah ini adalah jawaban saya terhadap inbox putri saya di atas:

Alhamdulillah Ayah sudah lihat video klip-nya sayang...Yang terbetik di benak Ayah serupa dengan yang Ananda sampaikan, termasuk yang terkait dengan hal-hal yang dikhawatirkan....Sudah menjadi tabiat dunia memang, bahwa kebaikan dan keburukan tidak jarang tersuguhkan bersamaan...Disinilah salah satu relevansi kearifan profetik: “ambil yang baik, tinggalkan yang buruk”. Ini sejalan dengan salah satu kaidah fiqih yang Ayah ketahui: "Jika sesuatu tidak bisa diambil seluruhnya, jangan buang semuanya"

Ketika kita melihat potensi kebaikan pada sesuatu, maka potensi itulah yang kita kembangkan, potensi itulah yg kita support, potensi itulah yg kita sosialisasikan (dengan berbai cara: menulis resensi, menulis artikel, menulis buku dan lain sebagainya yang sifatnya mampu menyebarluaskan nilai-nilai kebaikan yang terkandung di dalamnya).

Di sisi lain, ketika kita melihat potensi keburukan, atau katakanlah potensi kekhawatiran pada sesuatu yang juga mengandung kebaikan, maka ini pulalah salah satu tantangan riil dakwah kita, tantangan riil jihad kita, dengan mengerahkan potensi-potensi yang kita miliki (sekali lagi bisa lewat tulisan misalnya) untuk menyadarkan publik terhadap hal-hal krusial yang tidak boleh tumbuh, tidak boleh muncul, atau tidak boleh terjadi.

Ketika kita menyaksikan keindahan, maka yang terbaik adalah membawa kesadaran kita menuju pada eksistensi Zat Yang Maha Indah, agar kita tidak terjebak pada "bayangan" keindahan yang terlihat, terdengar, atau tersaksikan, dan lantas kita menjadi lupa bahwa sesungguhnya ada Zat Maha Indah di sana. Tatkala kita melihat keindahan, tatkala kita mendengar kemerduan suara misalnya, bukankah sejatinya kita sedang diuji untuk mensyukuri mata yang “mampu” melihat keindahan itu, atau mensyukuri telinga yang “mampu” mendengar kemerduan suara itu. Kalau sudah begini, lalu dari mana lagi pintu kemaksiatan bisa terbuka? Kalau sudah kesadaran itu yang dibangun, maka bagaimana mungkin mata ini bisa dipakai untuk melihat sesuatu yang dilarang-Nya? Bagaimana mungkin telinga ini bisa digunakan untuk mendengar sesuatu yang mengundang murka-Nya? Oke sayang....itu sekilas tanggapan Ayah...

Putri saya, kembali bertanya:

Berarti, tidak salah jika mengambil kebaikan dari situ (musik)? Keberadaan video klip itu juga nggak salah? Atau, jika bisa memilih, lebih baik tidak usah ada?

Berikut tanggapan balik saya:

Kalau keberadaan video (atau musik) itu bisa lebih mendekatkan diri kepada Allah, ambil! Kalau malah makin melalaikan, tinggalkan! Kalau dengan video (atau musik) itu kita bisa lebih disiplin lagi menjaga sholat kita misalnya, ambil! Kalau malah melupakan kita, tinggalkan! Dari video klip itu yang Ayah ambil adalah hikmah keindahan-Nya sayang. Bahwa percikan bayangan keindahan itu diperlihatkan-Nya di dunia yang notabene fana ini agar kita semakin yakin lagi dengan eksistensi keabadian keindahan bersama-Nya di Surga. Aamiin.

Akhirnya, gagasan intinya adalah, Ayah suka musik kok sayang, tetapi terbatas pada musik-musik yang memperkuat simponi kerinduan hati untuk bisa berada dalam pelukan kasih sayang-Nya. Wallahua’lam.

Catatan Penting:
Apa yang saya katakan kepada putri saya tentang topik di atas, saya kira masih sangat jauh dari sempurna. Diskusi tersebut sengaja saya posting di Blog ini semata-mata hanya untuk menjaring berbagai masukan berharga dari para pembaca. Saya merasa, konstelasi kehidupan anak-anak kita saat ini benar-benar membutuhkan kearifan yang sepadan dengan kompleksitas permasalahan yang ada di sekitar mereka, yang berarti di sekitar kita pula.

Kearifan yang saya maksud adalah kearifan yang benar-benar mengakar kuat pada nilai-nilai kebenaran universal. Originalitas, dan sekaligus universalitas kearifan itu hanya bisa muncul dari Sumber Tunggal yang telah menggariskan aturan hidup yang benar-benar rahmatan lil alamin. (That’s why I love Islam). Oya, lirik lagu "Salam Alaikum" Harris J di atas bisa dilihat di tautan ini: Lirik Lagu "Salam Alaikum" Harris J.

Post a Comment for "Ketika Anakku (Kembali) Bertanya Tentang Musik"