Titip Harapan Untuk Para Petugas Haji

Sesuai dengan Rencana Perjalanan Haji (RPH) Tahun 2016 yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia, Kloter pertama jamaah haji Indonesia akan diberangkatkan dari Tanah Air menuju Tanah Suci pada tanggal 9 Agustus 2016, bertepatan dengan tanggal 6 Dzulka’idah 1437 H. Seperti biasa, setiap Kloter didampingi oleh petugas haji minimal 5 orang, dengan komposisi 3 orang petugas kesehatan hasil seleksi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dan 2 orang petugas haji hasil seleksi dari Kementerian Agama Republik Indonesia. Petugas kesehatan haji yang berjumlah 3 orang tiap kloter itu terdiri dari 1 orang dokter dan 2 orang perawat. Sementara itu, 2 orang petugas haji dari Kementerian Agama terdiri dari 1 orang petugas pemandu haji sekaligus sebagai Ketua Kloter, dan 1 orang petugas pembimbing ibadah haji. Beberapa propinsi atau Kabupaten/Kota menetapkan petugas haji daerah melalui seleksi tersendiri, baik petugas kesehatan maupun petugas pembimbing haji daerah yang kemudian bergabung menjadi 1 Tim Petugas Haji di tiap Kloter.

Tulisan ini sengaja saya ketengahkan, sama sekali bukan untuk menggurui, karena memang tidak pantas saya menggurui siapapun. Tulisan ini saya ketengahkan semata-mata sebagai ungkapan saling berbagi harapan, mengingat mendampingi tamu-tamu Allah adalah tugas mulia yang jangan sampai tercoreng oleh hal-hal yang tidak sepatutnya dilakukan oleh petugas haji. 

Qodarullah. Salah satu takdir Allah yang pernah saya alami adalah, menjadi petugas kesehatan haji sebanyak 2 kali, yakni tahun 2008 dan tahun 2013. Selama 2 kali mendampingi jamaah haji, Alhamdulillah saya merasakan dua rute perjalanan haji yang berbeda. Musim haji tahun 2008 saya mendampingi jamaah haji dengan rute perjalanan gelombang pertama, yang terbang dari Tanah Air langsung menuju Madinah al-Munawwarah melalui Bandara Amir Muhammad Bin Abdul Aziz, Madinah; sementara musim haji Tahun 2013 Allah menakdirkan saya mendampingi jamaah haji dengan rute penerbangan gelombang dua, yang terbang dari Tanah Air menuju Mekah (Makkatul Mukarramah) melalui Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah. (Baca juga: Pesona Kota Jeddah dan Fikih Miqot Makani)

Dua gelombang perjalanan haji (Gelombang I dan Gelombang II) adalah dua dinamika perjalanan yang berbeda dengan corak tantangannya sendiri-sendiri, lebih-lebih bagi para petugas haji. Karakteristik spesifik dari tiap rute perjalanan haji tersebut, mudah-mudahan pada saatnya nanti saya bisa ikut sampaikan di Blog ini juga. Kali ini saya akan fokus untuk menyampaikan pesan pokok yang merupakan ekspresi dari harapan saya untuk para petugas haji, khususnya para petugas kesehatan.

Pesan pokok, atau harapan utama saya adalah, jangan pernah lupa bahwa kehadiran para petugas haji di setiap Kloter mewakili kehadiran Negara di tengah-tengah jamaah. Maka, mempersembahkan pelayanan terbaik kepada jamaah adalah representasi kehadiran Negara yang sesungguhnya di tengah-tengah tamu-tamu Allah tersebut. Karena itu, melalaikan pelayanan terbaik adalah bentuk penghianatan tugas atau kewajiban yang tidak boleh terjadi pada siapapun. Dengan haqqul yaqiin, saya meyakini bahwa tidak ada bentuk rasa syukur yang paling utama atas takdir Allah sebagai petugas haji selain melaksanakan tugas dengan penuh tanggungjawab, sejak berangkat dari Tanah Air sampai kembali lagi ke Tanah Air; atau sejak dari Embarkasi sampai Debarkasi.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dalam beberapa kesempatan mengingatkan, yang dilayani oleh para petugas haji bukan orang-orang biasa; mereka adalah para duyufurrahman (para tamu-tamu Allah). Maka, mengabaikan pelayanan terbaik bagi mereka, sama dengan menantang Tuhan untuk menerima murka-Nya. Tolong dicatat, saya menyampaikan harapan ini karena terlalu besar rasa cinta saya kepada para petugas haji yang notabene memang mengemban tugas mulia. Saya tidak sudi kemuliaan itu tercoreng oleh siapapun.

Jajaran Kementerian Kesehatan maupun Kementerian Agama saya kira sudah sangat sering memberikan warning sebagai langkah-langkah antisipatif agar para petugas haji selalu fokus pada tugas mulia yang diemban untuk mendampingi para jamaah atau tamu-tamu Allah. Pastikan tidak pernah terjadi kasus seperti ini: Petugas Haji Jangan Malah Plesiran di Tanah Suci. Lebih spesifik lagi, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin berpesan: “Saya tidak mau mendengar lagi ada petugas yang berkali-kali umrah atau thawaf pagi, siang, malam tapi melalaikan jamaah atau tugas yang diembannya'', tegas Menteri Agama saat menghadiri pelantikan PPIH di Aula Asrama Haji Jawa Barat Embarkasi Jakarta-Bekasi, Selasa 19 Juli 2016 (Detailnya bisa dibaca di tautan ini: Menag Ingatkan Petugas Haji Fokus Layani Jamaah Haji).

Demikian kurang lebih harapan utama saya untuk para petugas haji. Akhirnya, teriring doa, saya ucapkan selamat bertugas; selamat meraup keutamaan ibadah yang berlipat ganda: keutamaan ibadah melayani tamu-tamu Allah, dan keutamaan ibadah haji itu sendiri: Hajjan mabruuran wa sa’yan masykuuran wa dzanban magfuuran wa tijaarotan lantabuur. Aamiin.

Post a Comment for "Titip Harapan Untuk Para Petugas Haji"