Inilah 4 Hal Baru dalam Operasional Haji Indonesia 2019

Tampaknya inovasi tiada henti dalam aspek-aspek layanan haji dari tahun ke tahun, sebagaimana disampaikan oleh sumber-sumber resmi di Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI). Semangat inovasi ini, tidak terlepas dari pengejawantahan komitmen memberikan yang terbaik kepada para tamu-tamu Allah (duyufurrahman). Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Dirjen PHU) Kemenag RI, Prof. Dr. H. Nizar, M.Ag belum lama ini menjelaskan beberapa hal terkait dengan operasional haji Indonesia tahun 2019. Setidaknya ada 4 hal baru yang akan diterapkan pada musim haji tahun 2019 ini, yang merupakan perbaikan lebih lanjut dari operasional haji tahun-tahun sebelumnya. Empat hal baru itu adalah sebagai berikut.
Hotel Shaza Al-Madina (kanan), salah satu hotel di zona Markaziah Madinah Al-Munawwarah yang akan ditempati oleh Jemaah Haji Indonesia. Musim Haji 2018 lalu, seluruh Jemaah Haji Mandiri Kloter 21 JKS Karawang Jawa Barat  menempati hotel yang sangat dekat dengan Masjid Nabawi  ini.
Pertama, penerapan jalur cepat atau fast track layanan keimigrasian Bandara Arab Saudi (Madinah dan Jeddah) diperluas, dan tahun ini ada tambahan satu Embarkasi yakni Embarkasi Surabaya. Dengan demikian, pada musim haji tahun 2019, ada tiga embarkasi yang akan menikmati layanan cepat ini, yaitu Embarkasi Jakarta Bekasi (JKS), Embarkasi Jakarta Pondok Gede (JKG) dan Embarkasi Surabaya (SUB). Dengan layanan fast track, jemaah yang mendarat di Bandara Arab Saudi bisa langsung turun dari pesawat menuju Bus yang telah disiapkan mengantar para jemaah ke hotel atau pemondokan, tanpa perlu lagi menghabiskan waktu yang lama menunggu antrian pemeriksaan keimigrasian di Bandara Arab Saudi, baik di Madinah maupun di Jeddah.

Kedua, penempatan jemaah haji Indonesia di Makkah akan menggunakan sistem Zonasi. Dengan sistem zonasi, jemaah haji selama berada di Makkah akan ditempatkan di hotel-hotel dalam satu wilayah (zona) berdasarkan daerah asal mereka. Kebijakan ini ditempuh dalam rangka kemudahan manajemen jemaah, apalagi pada musim haji tahun 2019 ini konsumsi cita rasa kedaerahan akan disediakan pada hari-hari tertentu.

Ketiga, seluruh pemondokan haji Indonesia di Madinah pada musim haji 2019 akan menggunakan sistem sewa full musim; berbeda dengan musim haji tahun sebelumnya yang masih menggunakan kombinasi antara sistem sewa blocking time dan full musim. Dengan sistem sewa full musim, maka tata kelola akomodasi jemaah akan lebih mudah dan tentu saja lebih nyaman.

Keempat, selama periode layanan Armuzna (Arafah-Muzdalifah-Mina), tenda-tenda Arafah untuk jemaah haji Indonesia akan menggunakan AC; berbeda dengan musim haji tahun lalu yang masih menggunakan kipas angin. (Untuk tenda di Mina, selama ini sudah menggunakan AC). Masih dalam kaitan layanan Armuzna, tenda-tenda di Arafah maupun Mina akan diberi nomor untuk kemudahan dan kepastian penempatan jemaah tiap kloter. Terkait ini, secara khusus Kemenag RI menegaskan larangan penempatan, penggunaan, atau pemberian label identitas KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji). Masih dalam kaitan periode Armuzna, toilet urinoir di Mina akan ditambah jumlahnya. 

Dari mana sumber dana untuk pembiayaan peningkatan layanan di atas? Pertanyaan ini dijawab langsung oleh Dirjen PHU, "dari optimalisasi dana haji, sebagai komponen indirect cost (biaya tak langsung), karena sumber dari BPIH (Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji) sebagai komponen direct cost (biaya langsung) terbatas untuk pembiayaan penerbangan dan living cost jemaah.

Secara khusus, Kementerian Agama RI berpesan kepada para Petugas yang menyertai jemaah agar ikut menjelaskan hal-hal penting yang terkait dengan operasional haji, termasuk yang menyangkut BPIH dan layanan haji di Arab Saudi.

Post a Comment for "Inilah 4 Hal Baru dalam Operasional Haji Indonesia 2019"