Arab Saudi Rancang Tenda Bertingkat di Mina Untuk Haji Tahun Depan


Mina selalu menjadi isu krusial dalam penyelenggaraan ibadah haji. Dengan luas areal yang sangat terbatas, sementara jemaah sangat banyak, Mina menjadi titik terpadat konsentrasi jemaah dalam fase puncak haji setelah Arafah dan Muzdalifah. Jemaah hanya mendapat ruang yang sangat sempit saat mabit di Mina selama hari Tasyrik.
"Perluasan" wilayah Mina yang kemudian populer dengan istilah Mina Jadid (Mina Baru), masih menyisakan kontroversi di ranah fiqih, karena wilayah baru tersebut sesungguhnya sudah masuk kawasan Muzdalifah, bukan lagi Mina, sementara hukum wajib mabit di hari-hari Tasyrik bagi jemaah haji harus di wilayah Mina, bukan di luar Mina.

Dari pengamatan saya selama menjadi Petugas Haji tahun 2008 dan 2013, serta Jemaah Haji Mandiri tahun 2018 lalu, sebagian jemaah haji Indonesia selalu saja ada yang ditempatkan di Mina Jadid. Solusi yang ditempuh selama ini adalah, jemaah haji yang tinggal di luar Mina beranjak menuju Mina dan mabit di sana selama mu’jam al-lail (separuh malam lebih) dari malam hari Tasyrik, sementara jemaah haji yang tidak bisa mabit di Mina membayar Dam.

Tantangan lainnya yang dihadapi oleh jemaah haji yang ditempatkan di Mina Jadid adalah jarak tempuh menuju Jamarat benar-benar paling jauh, bisa mencapai 10-15 km ( rute pulang pergi Kemah-Jamarat) dan itu mutlak harus jalan kaki. Bagi jemaah haji yang benar-benar kuat, jarak tersebut tidak jadi soal. Lain ceritanya jika jemaahnya tidak memungkinkan untuk menempuh perjalanan tersebut. Solusinya, dalam kondisi ada udzur syar'i, maka melontar jumrah diwakilkan oleh jemaah lain, dan jemaah yang ada udzur syar'i tersebut membayar Dam.
Nah, inovasi kemah bertingkat di Mina, yang diperkenalkan belum lama ini oleh Pemerintah Arab Saudi dalam Expo Masyair, dan direncanakan akan diimplementasikan pada musim haji tahun depan, tampaknya ingin menjawab permasalahan Mina Jadid. Melalui inovasi tenda bertingkat di Mina, diharapkan seluruh jemaah haji yang melaksanakan mabit di Mina selama hari-hari Tasyrik, benar-benar terkonsentrasi seluruhnya hanya di wilayah Mina saja, tidak ada jemaah yang "luber" hingga di luar Mina, termasuk Mina Jadid yang notabene sudah masuk wilayah Muzdalifah.

Rancangan tenda bertingkat di Mina, boleh dikatakan sebagai sebuah implementasi ijtihad kontemporer, dan tampaknya satu ruh dengan semangat perluasan Jamarat menjadi beberapa tingkat, area Thawaf di Masjidil Haram juga menjadi beberapa lantai, termasuk kawasan pelaksanaan Sa'i antara Bukit Shofa dan Marwah yang sudah dibuat bertingkat pula. Dalam inovasi tenda bertingkat di Mina, selain tendanya yang dibuat bertingkat,  tempat tidur jemaah di tiap ruangpun dibuat bertingkat.
Melalui inovasi tenda bertingkat di Mina, bukan saja jarak antar Kemah ke Jamarat (dan sebaliknya) menjadi lebih dekat, tetapi yang paling prinsip adalah kontroversi Mina Jadid sebagai tempat Mabit akan berakhir, atau tinggal menjadi bagian dari kenangan sejarah saja tanpa pernah terulang lagi. Bagaimana dengan tenda-tenda permanen di Mina Jadid, apakah kemudian harus dibongkar? Tak perlu menurut saya. Tetap dipertahankan sebagai bagian dari perluasan kawasan mabit di Muzdalifah segera setelah jemaah haji meninggalkan Arafah, untuk mengambil kerikil yang nanti akan digunakan melontar Jumrah saat tiba waktunya mabit di Mina pada hari-hari Tasyrik. Wallahua'lam.

Post a Comment for "Arab Saudi Rancang Tenda Bertingkat di Mina Untuk Haji Tahun Depan"