Masya Allah, Air Mata Meleleh Membaca Nasehat Syekh Al-Imam Syaqiq Al-Balkhi


Alkisah, Syekh Al-Imam Syaqiq Al-Balkhi suatu hari membeli buah semangka untuk sang istri tercinta. Tiba di rumah, diserahkannya buah semangka itu kepada istri. Tak dinyana, setelah dibuka dan dicicipi, semangka itu ternyata hambar, tidak berasa manis.

Karena tidak seperti yang diharapkan, sang istri ngomel dengan nada marah.

Syekh Al-Imam Syaqiq memilih diam, mendengar dengan tenang omelan sang istri.

Baca juga: Penjara yang Membawa Penghuninya ke Surga

Saat istri berhenti ngomel, suasana hening. Saat itu Syekh Syaqiq mengambil kesempatan bertanya dengan penuh kasih sayang kepada sang istri:

"Wahai istriku, kepada siapakah engkau marah?"
"Kepada pedagang buahnyakah?"
"Kepada pembelinyakah?
"Kepada petani yang menanamnyakah?
"Ataukah kepada yang menciptakan buah semangka itu?", tanya Syekh Al-Imam Syaqiq dengan lemah lembut.

Sang istri terdiam.

Syekh Syaqiq kembali melanjutkan kata-katanya: "Seorang pedagang tidak menjual sesuatu kecuali yang terbaik. Seorang pembelipun demikian, pasti membeli sesuatu yang terbaik pula. Begitu pula seorang petani, dengan penuh kesungguhan ia akan merawat tanamannya agar bisa menghasilkan yang terbaik. Maka, sasaran kemarahanmu tinggal tersisa satu, tidak lain hanya kepada yang menciptakan semangka itu ..."

Kata-kata Syekh Syaqiq itu seperti menembus ke dalam relung-relung hati sang istri yang terlihat merunduk dengan air mata yang meleleh. 
Syekh Syaqiq kembali melanjutkan: "Wahai istriku, belajarlah menerima apa yang sudah menjadi ketetapan-Nya agar keberkahan pantas menghiasi hidup kita. Setiap keluhan yang terucap, sama saja kita tidak ridho dengan ketetapan Allah, dan itu seperti kita mengusir jauh-jauh keberkahan dari lingkaran hidup kita. Barokah itu bukanlah serba cukup dan mencukupi saja, akan tetapi barokah itu adalah bertambahnya ketaatan kita kepada Allah dengan segala keadaan yang ada, baik yang kita sukai atau sebaliknya"

"Makanan barokah itu bukan yang komposisi gizinya lengkap, melainkan makanan yang mampu membuat yang memakannya menjadi lebih taat setelah memakannya. Hidup yang barokah bukan hanya sehat, tapi kadang sakit itu justru barokah sebagaimana Nabi Ayyub, sakitnya menjadikannya bertambah taat kepada Allah. Barokah itu tak selalu panjang umur, ada yang umurnya pendek tapi dahsyat taatnya kepada Allah, layaknya Musab bin Umair. Tanah yang barokah itu bukan karena subur dan panoramanya indah, karena tanah yang tandus seperti Makkah punya keutamaan di hadapan Alloh, tiada banding, tiada tara. Ilmu yang barokah itu bukan yang banyak riwayat dan catatan kakinya, akan tetapi yang barokah ialah ilmu yang mampu menjadikan seseorang meneteskan keringat dan darahnya dalam beramal dan berjuang untuk agama Allah. Penghasilan yang barokah juga bukan gaji yang besar dan berlimpah, tetapi sejauh mana ia bisa menjadi jalan rezeki bagi yang lain dan semakin banyak orang yang terbantu dengan penghasilan tersebut. Anak-anak yang barokah bukanlah anak yang saat kecil mereka lucu dan imut atau setelah dewasa mereka sukses bergelar, mempunyai pekerjaan dan jabatan yang hebat, tetapi anak yang barokah ialah yang senantiasa taat kepada Rab-Nya dan kelak mereka menjadi lebih shaleh dari kita dan tak henti-hentinya mendoakan kedua orangtuanya"
*****
Subhanallah. Masya Allah. Allahu Akbar. Kisah yang benar-benar membuat hati bergetar ...
Baca juga: Pagar Pembatas Poligami dalam Islam

Post a Comment for "Masya Allah, Air Mata Meleleh Membaca Nasehat Syekh Al-Imam Syaqiq Al-Balkhi"