Misi Tersembunyi di Balik Penyelenggaraan Haji dengan Protokol Covid-19


Salah satu area balang jumrah, Jamarat
Gambar/foto di atas memperlihatkan salah satu setingan posisi jemaah haji yang nanti akan melakukan balang jumrah di Jamarat dengan protokol Covid-19. Dengan jumlah jemaah haji tahun ini yang tidak lebih dari 10 ribu jiwa, maka pengaturan balang jumrah di jamarat, baik balang Jumratul Aqobah saja di hari Nahr (10 Dzulhijjah) maupun balang lengkap ketiga jumrah di hari Tasyrik pertama, kedua dan/atau ketiga, praktis bisa lebih mudah berlangsung sesuai dengan setingan di atas.

Dengan prosedur balang jumrah seperti yang dirancang itu, maka sangat kecil kemungkinan akan terjadi kepadatan di area jamarat; sangat tipis peluang akan terjadi gesekan fisik antar jemaah; nyaris tak mungkin akan terjadi dorong-dorongan antar jemaah di area Jamarat. Yang justru akan terlihat atau terjadi adalah formasi pelaksanaan balang jumrah yang tertata rapi, teratur, nyaris tanpa resiko apapun.

Formasi keteraturan itu telah diperlihatkan dengan jelas dalam pelaksanaan Thawaf dengan protokol Covid-19, juga dalam pelaksanaan Sa'i dengan protokol yang sama. Dan keteraturan itu memantulkan keindahan tersendiri bagi siapapun yang menyaksikan.
Thawaf dengan protokol Covid-19
Sa'i dengan protokol Covid-19
Dengan Thawaf dalam protokol Covid-19, tidak akan ada jemaah yang sekonyong-konyong bergerak menyelonong menyilang arus gerakan Thawaf, menyikut atau menggeser jemaah lain yang dianggap menghalangi. Sama halnya dengan rancangan balang jumrah dalam protokol Covid-19, dalam ritual Thawafpun sangat kecil kemungkinan terjadi gesekan-gesekan fisik, atau dorong-dorongan antar jemaah; tak akan ada "calo-calo pemburu" Hajar Aswad yang tega menelikung jemaah lainnya; tak akan ada jemaah yang kepalanya benjol dan bahkan sampai berdarah dalam rebutan mencium Hajar Aswad.

Haji dengan protokol Covid-19 ternyata memancarkan resonansi keindahan yang menggetarkan kalbu, dan itu semua lahir dari sebuah kepatuhan pada aturan, entah itu aturan jarak, aturan waktu, aturan gerakan dan lain sebagainya, yang seluruhnya bertumpu pada satu titik simpul kepentingan menghadirkan keteraturan dalam segala hal dalam hidup ini, karena keteraturan tidak hanya memantulkan estetika tersendiri, tetapi sekaligus juga menghadirkan keamanan, kenyamanan, kedamaian dan keselamatan kolektif. Dan titik simpul itu rupanya menjadi misi tersembunyi di balik penerapan protokol Covid-19 dalam penyelenggaraan haji kali ini.

Ketika misi tersembunyi itu telah tersingkap, dan kemudian menghadirkan kesadaran kolektif seluruh bangsa yang terpapar pandemi Covid-19 untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, maka saat itulah Covid-19 telah menyelesaikan misinya. Nah, tuntasnya misi tersebut semoga menjadi bagian dari wasilah berakhirnya pandemi Covid-19 untuk selamanya. Aamiin Yaa Rabbal'alamin. (La Ode Ahmad)  

Post a Comment for "Misi Tersembunyi di Balik Penyelenggaraan Haji dengan Protokol Covid-19"