Tol dan Jalan Kematian

Salah satu insiden kecelakaan beruntun di jalan Tol

Konsep jalan Tol dirancang bebas hambatan. Namun, tidak bebas kecelakaan, termasuk kecelakaan maut. Berita tentang kecelakaan tragis berujung kematian di jalan Tol tak jarang terdengar. Dan, statistik mengabadikan datanya.

Dalam sebuah laporan, BPS merilis indikator kecelakaan lalu lintas di sejumlah ruas jalan Tol di Indonesia. Sepanjang tahun 2020, untuk ruas Tol Jakarta-Cikampek saja misalnya, dilaporkan sebanyak 276 kasus kecelakaan, dengan angka kumulatif korban meninggal sebanyak 22 orang.

Dari 276 kasus kecelakaan yang dilaporkan di atas, 238 diantaranya disebabkan oleh faktor pengemudi, 35 kasus terkait faktor kendaraan, dan 3 kasus berhubungan dengan faktor lingkungan (terutama kondisi jalan).

Faktor pengemudi dalam kecelakaan lalu lintas antara lain berupa sikap ugal-ugalan selama berkendara, memaksakan diri mengemudi saat mengantuk/lelah, main HP saat sedang mengemudi, dan atau sikap-sikap teledor lainnya, termasuk sikap arogansi dan egoisme berkendara.

Dari 276 kasus kecelakaan dimana 238 kasus diantaranya terkait faktor pengemudi, sangat nyata data itu mengukuhkan dominasi faktor pengemudi sebesar 86% dalam kasus kecelakaan di ruas Tol Jakarta-Cikampek itu. Dominasi faktor pengemudi dalam semua kecelakaan lalu lintas di jalan Tol terkonfirmasi dalam data global KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi).

Andai kata (sekali lagi andai kata) angka 86% di atas bisa dipandang pula sebagai proporsionalitas kontribusi faktor pengemudi dalam kematian 22 korban kecelakaan di ruas Tol Jakarta-Cikampek Tahun 2020, maka data itu bermakna pula bahwa paling tidak ada 19 nyawa yang seharusnya bisa terhindarkan dari maut jika semua pengemudi taat menerapkan prinsip-prinsip berkendara yang aman.

Bahwa ada eksistensi keyakinan takdir kecelakaan atau kematian di jalan Tol itu akan tetap saja terjadi meski segala ikhtiar sudah dilakukan, itu tidak dipungkiri. Namun, paling tidak menyisakan satu harapan bahwa ikhtiar ketaatan pada aturan berkendara menjadi amal persembahan terakhir sebelum kematian itu menghampiri. Dan ikhtiar itu mudah-mudahan menjadi prakondisi bagi kelayakan 
menuju kematian yang husnul khotimah.

Sebaliknya, masih dalam kerangka memaknai data statistik di atas, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa pengemudi yang abai terhadap prinsip berkendara yang aman, sejatinya adalah "pembunuh terselubung", baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Na'udzubillahi mindzalik.

Tafir-tafsir data statistik seperti di atas sama sekali tidak dalam kerangka menyesali takdir peristiwa kecelakaan yang sudah terjadi, lebih-lebih tidak dalam konteks meratapi orang-orang tercinta yang ditakdirkan tutup usia di jalan Tol, akan tetapi semata-mata dalam kerangka mengambil pelajaran berharga di dalamnya untuk memperbaiki kualitas ikhtiar dalam hidup, termasuk dalam berkendara.

Di saat yang sama, kita mendoakan saudara-saudara kita yang menjadi korban kecelakaan maut di jalan Tol dalam keadaan husnul khotimah, dan keluarga yang ditinggal selalu dalam kesabaran. Aamiin Yaa Rabbalalamin.

Sebagai salah satu pengingat:

وَلَا تَمْشِ فِى الْاَ رْضِ مَرَحًا

Dan janganlah engkau berjalan di muka bumi ini dengan arogan. (QS. Al-Isra:37)

Post a Comment for "Tol dan Jalan Kematian"