Pagi yang Tenang, Hati yang Bersyukur

Antara Efek Purbaya dan Pesona Dedi Mulyadi: Sebuah Komparasi Popularitas
Simbol budaya pop di era digital
Pagi yang Tenang, Hati yang Bersyukur (Sumber Gambar: SuaraIslam.id)

Setiap kali mata terbuka di pagi hari, sejatinya kita sedang menerima hadiah paling berharga: kehidupan. Namun sering kali, hadiah itu berlalu tanpa disadari. Banyak orang yang terburu-buru memulai hari — menatap layar ponsel, menjawab pesan, atau memikirkan pekerjaan yang menunggu. Padahal di luar sana, langit sedang menyingkap warna-warna lembutnya, udara masih segar, dan alam sedang berzikir dengan caranya sendiri.

Syukur itu sederhana, tapi sering terlupakan. Ia tidak selalu berupa ucapan “alhamdulillah” yang lantang, melainkan kesadaran halus bahwa kita masih diberi kesempatan untuk hidup, bernapas, dan memperbaiki diri. Pagi adalah waktu terbaik untuk menghadirkan kesadaran itu — ketika dunia belum ramai, dan hati masih jernih.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu...” (QS. Ibrahim: 7)

Ayat ini bukan sekadar janji, tapi juga arah hidup. Orang yang bersyukur akan melihat setiap kejadian, bahkan yang kecil atau tak menyenangkan, sebagai bagian dari kasih sayang Allah. Ia belajar menerima, tanpa kehilangan semangat untuk memperbaiki.

Bagi mereka yang bekerja melayani masyarakat, seperti para pegawai negeri atau tenaga kesehatan, rasa syukur bisa menjadi energi yang menjaga keikhlasan. Rutinitas yang tampak biasa akan terasa berbeda jika dilihat sebagai ladang amal — tempat menanam kebaikan dari hal-hal kecil yang dilakukan dengan hati.

Syukur juga mengubah cara kita memaknai kesibukan. Apa yang dulu dianggap beban, menjadi amanah. Apa yang dulu terasa berat, kini menjadi kesempatan. Karena sejatinya, orang yang bersyukur bukan yang hidup tanpa masalah, melainkan yang mampu menemukan makna di balik setiap peristiwa.

Cobalah sesekali memulai hari tanpa tergesa. Diam sejenak, hirup udara pagi, rasakan kelembutannya, lalu ucapkan dalam hati: “Ya Allah, terima kasih atas hari ini.”

Kalimat sederhana itu mungkin terdengar biasa, tapi di situlah letak ketenangan sejati — saat hati mampu mengenali karunia sebelum meminta yang baru.

“Rasa syukur tidak mengubah keadaan, tapi mengubah cara kita memandangnya — dan di situlah kebahagiaan bermula.” Baarokallahu fiikum. 🌿

Post a Comment for "Pagi yang Tenang, Hati yang Bersyukur"