Tragedi Bom Surabaya dan Stigma Terorisme

Bom meledak di tiga Gereja di Kota Pahlawan Surabaya, Jawa Timur, Ahad pagi 13 Mei 2018. Bom pertama meledak di Gereja Santa Maria Tak Bercelah, Ngagel pukul 07.30 WIB, kemudian di GKI Jalan Diponegoro pukul 07.35 WIB, dan Gereja Pantekosta, Jalan Arjuna pukul 08.00 WIB. Dilaporkan, 10 jiwa melayang, dan 40 orang lainnya mengalami luka-luka dalam tragedi itu.

Bahwa kemudian tragedi tersebut dinyatakan sebagai salah satu wujud terorisme, saya sepakat. Tapi kepada siapapun saya ingin menegaskan, tolong jangan pernah mengaitkan terorisme dengan ajaran agama manapun, apalagi dengan Islam yang nyata-nyata sebagai agama rahmatan lil'alamin. Menuduh Islam sebagai agama yang berada di balik terorisme adalah stigma yang sama biadabnya dengan terorisme itu sendiri. Islam adalah agama samawi yang seluruh ajarannya bersumber dari Zat yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.

Sumber Foto/Gambar: Kementerian Luar Negeri RI
Sekali lagi saya tegaskan, pelaku terorisme tidak layak dikaitkan dengan agama apapun, apalagi Islam. Pelaku terorisme lebih layak dikaitkan dengan ajaran sesat menyesatkan dari orang-orang yang gagal memaknai esensi agama, wabilkhusus esensi agama Islam. Pelaku terorisme tidak layak dikaitkan dengan muslim yang berjenggot, apalagi sejarah mencatat berbagai kejahatan kemanusiaan tidak jarang dilakukan oleh orang-orang yang wajah dan kepalanya bahkan mulus tanpa bulu atau rambut. Tidak akan pernah kita lupakan, bagaimana Muslim Rohingya misalnya, dibantai secara sadis oleh orang-orang yang tak memiliki jenggot sehelaipun.

Baca juga:
Tragedi Bom Surabaya adalah duka kita bersama. Duka yang mengiris sukma kita sebagai bangsa. Duka yang tak boleh terulang lagi, dengan alasan apapun. Kita mengutuk keras perbuatan itu, sambil kita persilahkan aparat kepolisian melakukan penyelidikan dan penyidikan kasus tersebut, mengungkap secara profesional hingga tuntas siapa yang paling bertanggungjawab dalam tragedi tersebut.

Di atas segalanya, simpul-simpul ikatan kerukunan dan kekuatan kita sebagai bangsa yang berbhinneka tunggal ika harus tetap terjaga, tak boleh dikendorkan sedikitpun, jangan mudah terprovokasi oleh kekuatan-kekuatan angkara murka yang menghendaki perpecahan negeri ini. Hentikan tuduhan-tuduhan sinis terhadap gerakan-gerakan dakwah yang murni dilakukan demi menegakkan kebaikan atau kedamaian yang hakiki, di bawah panji-panji ajaran yang rahmatan lin'alamin. Percayalah, bom bunuh diri sama sekali bukan bagian dari ajaran Islam, dan saya yakin bukan pula bagian dari ajaran agama manapun. Bom bunuh diri adalah bagian dari kesesatan yang sangat jauh dari ajaran agama itu sendiri, apapun agamanya.

Post a Comment for "Tragedi Bom Surabaya dan Stigma Terorisme"