Aku Rindu Padamu Ya Rasul, Tapi Aku Masih Banyak Dosa


Ya Rasul, aku kembali meneteskan air mata. Aku kembali menangis. Kubayangkan, Andai aku lahir di zaman dan di tempat dimana engkau lahir kala itu, indah rasanya jika aku menjadi bagian dari komunitas anak-anak yang hidup, bergaul, bermain, bersamamu Ya Rasul. Andai aku lahir di zaman dan di tempat dimana engkau lahir kala itu, indah rasanya jika aku menjadi bagian dari saksi langsung keindahan dan kemuliaan akhlakmu.

Aku lahir di zaman dan di tempat yang aku tak pernah mengandaikannya, dan memang tak mungkin aku bisa mengandaikannya. Akan tetapi, tak ada yang kusesali sedikitpun dari zaman dan tempat dimana aku dilahirkan, karena semua ini sudah bagian dari wujud kodrat dan irodat-Nya. Justru aku sangat mensyukurinya. Ya … Aku bersyukur atas segala nikmat-Nya yang tak terbilang, terutama nikmat dilahirkan oleh orang tua yang tak kenal lelah mendidikku untuk mengenal-Nya dan sekaligus mengenalmu. Nama “Ahmad”, yang kemudian kuketahui bersinonim dengan “Muhammad”, dipilih oleh seluruh keluarga besarku untuk menjadi bagian dari namaku, dan sekaligus menjadi bagian dari saksi keinginan luhur mereka untuk mengikutimu.

Tapi, hari ini aku kembali menangis lagi…Betapa masih jauh kekurangan akhlakku…. Sebagai anak, aku masih sering mengecewakan orang tua; sebagai ayah, aku masih sering dzolim terhadap anak-anak; sebagai suami apalagi, aku masih sering mengecewakan istri; sebagai pelayan publik, aku masih sering berlaku tidak adil dalam menjalankan amanah, aku masih sering merasa sebagai orang yang harus dilayani, bukan sebagai orang yang harus melayani…

Ya Rasul, air mataku akan tumpah jika aku terus menyebut semua kekuranganku…Sebagai suami, seringkali aku memperdengarkan kepada istriku hadits-haditsmu yang menerangkan tentang berbagai ancaman siksa neraka bagi istri yang tidak patuh kepada suami, tetapi aku seringkali lupa memperdengarkan diriku sendiri tentang hadits-haditsmu yang menerangkan tentang kemuliaan suami yang memuliakan istrinya. Ya Rasul, berikut ini adalah sepenggal kisah berisi salah satu haditsmu yang sering kuperdengarkan kepada istriku:

Dalam sebuah kisah ketika engkau dan para sahabat melakukan shalat gerhana, engkau melihat surga dan neraka. Dan, tatkala engkau melihat neraka, engkau bersabda kepada para sahabat:

“ … aku melihat neraka, tidak pernah aku melihat pemandangan seperti ini sama sekali, aku melihat kebanyakan penduduknya adalah kaum wanita. Para sahabat bertanya, “Mengapa (demikian) wahai Rasulullah?” Ketika itu engkau menjawab, “Karena kekufuran mereka.” Lalu para sahabat bertanya lagi, “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Engkau menjawab, “Mereka kufur terhadap suami-suami mereka, kufur terhadap kebaikan-kebaikannya. Kalaulah engkau (suami) berbuat baik kepada istrimu selama waktu yang panjang kemudian dia (istri) melihat sesuatu pada dirimu (suami) yang tidak dia sukai niscaya dia akan berkata, ‘Aku tidak pernah melihat sedikitpun kebaikan pada dirimu.’ ” (HR. Bukhari dari Ibnu Abbas)

Ya Rasul, haditsmu benar, tetapi seringkali aku salah menerapkannya. Aku sering memperdengarkannya kepada istriku, tetapi di saat yang sama aku masih sering lalai memuliakan istri. Hati kecilku meronta, ini sesuatu yang tidak adil. Aku mengkhotbahi istriku untuk tunduk patuh kepada suami, tetapi aku melalaikan banyak kewajiban sebagai suami yang layak untuk itu. Aku mengkhotbahi istriku untuk masuk surga, tetapi aku membiarkan pintu neraka terbuka untukku. Ya Rasul, aku rindu padamu. Rindu serindu-rindunya. Sungguh, aku rindu keindahan akhlakmu. Aku rindu keindahan budi pekertimu dalam memuliakan perempuan. Aku menangis karena aku masih banyak dosa. Ampuni aku Ya Allah, terangi perjalanku dalam menggapai ridha-Mu, dan izinkan pada saatnya nanti aku bisa meneteskan air mata kebahagiaan di sisi Rasul-Mu yang mulia.... (La Ode Ahmad)

Post a Comment for "Aku Rindu Padamu Ya Rasul, Tapi Aku Masih Banyak Dosa"